KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Logisticsplus International Tbk (
LOPI) menargetkan pendapatan sebesar Rp 154,76 miliar di tahun 2025. Target ini naik berkisar 50% bila dibandingkan proyeksi pendapatan di tahun 2024 sebesar Rp 103,19 miliar. Direktur Utama PT Logisticsplus International Tbk (LOPI) Wahyu Dwi Jatmiko mengatakan ada sejumlah strategi untuk mengejar target pendapatan tersebut.
Pertama, pihaknya akan mengandalkan
organic growth dari
customer yang sudah ada dan penambahan
customer baru.
Kedua, LOPI berencana melakukan
right issue sebesar Rp 30 miliar - Rp 50 miliar di pertengahan tahun 2025, dilanjutkan penggalangan dana melalui pinjaman utang sekitar Rp 300 miliar untuk membiayai proyek kereta api dan proyeksi logistik di industri minyak dan gas.
Baca Juga: Harga Saham Turun 31% Sejak IPO, Begini Strategi Ekspansi Logisticplus (LOPI) Ketiga, LOPI berencana melakukan akuisisi perusahaan jasa
outsourcing tenaga kerja untuk mengembangkan bisnis
Fourth-Party Logistics (4PL) dan manajemen rantai pasok. LOPI berencana mengambil alih saham mayoritas sebuah perusahaan jasa
outsourcing security untuk menjadi anak perusahannya lalu dikembangkan menjadi
jasa outsourcing di
industry logistic. "Akuisisi perusahaan jasa
outsourcing security secara mayoritas tapi belum tahu berapa persentasenya. Nanti tergantung negosiasi," kata Wahyu saat ditemui Kontan di Jakarta, Selasa (24/12).
Keempat, LOPI berencana mendirikan anak usaha baru salah satunya di bidang penyediaan sarana angkutan baik darat, laut dan udara beserta pengoperasiannya. Rencana ini terkait kerjasama yang sudah dijajaki dengan pabrikan utama penyedia sarana kereta barang dan kontainer dari China.
Di samping itu, Wahyu mengungkapkan bahwa industri logistik menghadapi sejumlah tantangan pada tahun depan, terutama di sektor e-commerce dan ritel. Ia mencatat adanya penurunan jumlah kelas menengah dapat berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat. Kondisi ini, menurutnya, akan berdampak langsung pada aktivitas logistik. Wahyu juga menyayangkan adanya rencana penghentian pembangunan infrastruktur. Ia menilai langkah tersebut seharusnya tidak diambil, melainkan dialihkan untuk fokus pada pengembangan infrastruktur dengan prioritas tinggi, terutama yang bertujuan menekan biaya logistik. Pasalnya, biaya logistik di Indonesia saat ini masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
"Nah itu yang harusnya kita fokuskan bagaimana mengintegrasikan semua moda itu. Supaya lebih efisien dalam pengiriman dan biaya pengiriman barang itu," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih