KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 yang menimbulkan korban membuat PT Central Asia Financial (Jagadiri) berkolaborasi dengan PT Star Mercato Capital (Tanamduit). Untuk diketahui, kerja sama yang dilakukan dalam bentuk pembelian asuransi individu atau bundle ke dalam produk finansial yang ditawarkan oleh Tanamduit.

Chief Marfketing Offcer Jagadiri Yudha Wirawan menyebutkan, kerjasama Jagadiri dengan Tanamduit mulai berkembang sejak awal tahun 2020. Ia mengatakan, pertumbuhan konsumen mencapai 200% pada kuartal-I 2020.

Baca Juga: Tertekan Covid-19, pemain asuransi umum kompak revisi target pendapatan premi

Terlebih, pertumbuhan itu didorong oleh pandemi yang membuat masyarakat semakin peduli terhadap asuransi. Oleh karenanya, angka ini naik signifikan jika dibanding tahun sebelumnya.

“Kerjasama dengan Tanamduit berlangsung sejak Oktober 2019, dimana kami menawarkan solusi asuransi kesehatan yang terjangkau. Namun, tahun 2019 belum banyak nasabah yang bisa terakuisisi, sehingga perkembangan mulai di rasa pada awal tahun 2020,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis, (18/6).

Lanjut ia, sampai saat ini adapun produk yang dipasarkan salah satunya Jaga Sehat Pilihanku Untuk diketahui, dalam plan ini terdapat 3 plan yakni silver untuk rawat inap, gold untuk rawat inap dan operasi, serta platinum untuk rawat inap, rawat jalan maupun operasi.

“Saat ini terdapat dua produk yang kami pasarkan melalui Tanamduit, yakni Jaga Kesehatan Pilihan dan Jaga Kesehatan Tropis. Dimana premi yang ditawarkan cukup terjangkau, mulai dari Rp 28.000 untuk perlindungan 3 bulan Jaga Sehat tropis, serta Rp 20.000 per bulan untuk produk Jaga Kesehatan Pilihan,” tambah Yudha.

Baca Juga: Premi Asuransi Astra tumbuh 17,89% yoy pada kuartal I 2020

Asal tahu saja, untuk memaksimalkan penjualan di fase new normal nanti, Yudha bilang pihaknya akan menggenjot kanal digital, sehingga ke depannya perusahaan fokus memasarkan produknya melalui platform digital. Tak hanya itu, Jagadiri akan gencar melakukan partnership dengan beberapa pihak terkait.

Menurutnya, hal itu dilakukan karena selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pihaknya melihat ada kendala terhadap pemasaran produk. Yudha menyebutkan, kanal direct marketing ikut terdampak karena adanya kebijakan kapasitas perusahaan tidak boleh melebihi 50%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi