KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN) fokus memperluas pinjaman ke segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR) nonsubsidi. Kredit macet juga akan dituntaskan melalui penjualan aset-aset bermasalah di paruh kedua tahun ini. Analis UOB Kayhian Sekuritas Posmarito Pakpahan mengatakan bahwa BBTN membukukan laba bersih datar di semester pertama 2023. Pertumbuhan
bottom line pada kuartal II lemah, sehingga laba bersih paruh pertama tahun ini hanya tumbuh 0,2% YoY menjadi Rp 1,5 triliun. Pinjaman BBTN terpantau naik 7,5% YoY menjadi Rp 308 triliun, namun kenaikan beban bunga sebesar 43% YoY menyebabkan pendapatan bunga bersih atau
net interest income (NII) turun 16,3% YoY. Sementara
net interest margin (NIM) turun 98 bps YoY menjadi 3,6% di semester pertama 2023.
Pendapatan non bunga melonjak 70,3% YoY karena terdorong meningkatnya pendapatan berbasis biaya alias
fee based income. Sedangkan, Beban operasional terkendali yakni turun 7,8% YoY, menjadikan rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) menjadi 47,8% di paruh pertama 2023.
Baca Juga: Hingga Juli 2023, Total Nilai Transaksi BI Fast Bank BTN Capai Rp 14 Triliun Kontribusi pendapatan non-bunga terhadap pendapatan operasional meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan non-bunga melonjak 70,3% YoY menjadi Rp 1,7 triliun, sehingga memberikan kontribusi sekitar 21% dari total pendapatan operasional. Sementara itu, penghasilan dari komisi, layanan dan biaya admin, dan lainnya tumbuh 25% YoY karena bank BTN terus meningkatkan layanan perbankannya. Posmarito menilai, BBTN berniat untuk meningkatkan imbal hasil dengan strategi memperluas pasar pinjamannya ke segmen dengan imbal hasil lebih tinggi seperti pinjaman untuk pinjaman KPR non-subsidi, pinjaman ekuitas rumah, dan pinjaman ringan. Sebab, suku bunga pinjaman KPR non subsidi tidak akan dibatasi sebagaimana mestinya KPR bersubsidi. Pertumbuhan pinjaman BBTN yang terpantau naik 7,5% YoY didorong oleh pertumbuhan kredit non-perumahan sebesar 11,5% YoY, dan perumahan sebesar 7%. Secara rinci, pertumbuhan pinjaman dengan KPR bersubsidi meningkat 10,9% YoY, sedangkan pinjaman perumahan non subsidi tumbuh sebesar 6,5% YoY. Kontribusi pinjaman non-perumahan terhadap total pinjaman sudah tumbuh sedikit menjadi 12,4% pada Juni 2023 dari 11,9% pada Juni 2022. Selain itu, kontribusi pinjaman mikro dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) naik menjadi 0,39% pada Juni 2023 dari 0,18% pada Juni 2022.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Rumah Subsidi Terus Mendaki Posmarito mengatakan, langkah memperbaiki struktur pendanaan adalah salah satu tujuan manajemen BBTN. Target bank ini adalah pengurangan bertahap dalam porsi pendanaan
wholesale dan deposito institusional yang memiliki biaya dana lebih tinggi dibandingkan giro dan tabungan akun (CASA). Per Juni 2023, CASA BBTN tumbuh 23,8% YoY menjadi Rp 170 triliun, sementara deposito dan pendanaan keseluruhan masing-masing turun 15,8% YoY dan 11,0% YoY. Dengan adanya perubahan dari komposisi pendanaan, Bank BTN mampu menurunkan biaya dana sebesar 6 bps secara kuartalan. Hanya saja, NPL meningkat menjadi 3,7% dan LaR tetap tinggi sebesar 23% dari total pinjaman. Kredit risiko bermasalah tetap ada sebesar 23% dari total pinjaman atau setara Rp 71,2 triliun dari total pinjaman. Kendati demikian, kualitas aset adalah salah satu prioritas bank BBTN di tahun ini menyusul pencabutan relaksasi pinjaman yang direstrukturisasi pada akhir Maret oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bank BTN telah memiliki beberapa proyek terkait pemulihan NPL di semester II 2023. Sebagian besar strategi pemulihan kredit bermasalah (NPL) BBTN akan dilaksanakan pada paruh kedua tahun ini termasuk kemitraan dengan Indonesia Financial Group (IFG) untuk klaim asuransi kredit macet dengan potensi klaim Rp 277 miliar. Selain itu, program KPR Maju akan menjual NPL bekas dan juga menghapus produk daur ulang hipotek dengan menawarkan harga 1%-2% lebih tinggi daripada suku bunga hipotek bersubsidi.
Baca Juga: Tertinggi dari 40 Bank Lain, Bank BTN (BBTN) Salurkan 2.165 unit Rumah Per Agustus BBTN juga tengah berupaya menyelesaikan penjualan aset bermasalah secara massal sebesar Rp 2,8 triliun di semester kedua 2023. Tahap pertama, aset sebesar Rp 1,01 triliun akan terjual seluruhnya pada kuartal ketiga dan tahap kedua aset sebesar Rp 1,8 triliun diperkirakan akan dijual pada kuartal IV 2023.
“Kami meyakini akan terjadi pemulihan pendapatan yang kuat bagi BBTN di semester kedua 2023,” tulis Posmarito dalam riset 24 Juli 2023. Oleh karena itu, UOB Kayhian tidak merevisi kinerja setahun penuh BBTN di 2023. Posmarito merekomendasikan
buy untuk BBTN dengan target harga sebesar Rp 1.700 per saham. Tetapi waspadai risiko seperti adanya varian baru covid-19 yang dapat menyebabkan
lockdown, pemulihan ekonomi dan pertumbuhan pinjaman yang lebih lambat, penurunan kualitas aset, melonjaknya inflasi, serta biaya pencadangan yang lebih tinggi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati