Bidik sektor produktif, kredit Bank Mandiri naik 11,8% di semester I-2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 11,8% pada paruh pertama 2018 menjadi Rp 762,5 triliun.

Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi menjelaskan bila dirinci berdasarkan segmennya, kredit korporasi masih menjadi penyumbang utama kenaikan kredit. 

Pada semester I 2018 kredit korporasi besar Bank Mandiri tumbuh 22,2% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 242,9 triliun menjadi Rp 296,8 triliun.


Sementara itu, kredit mikro juga turut mencatatkan pertumbuhan signifikan yakni 24,8% yoy menjadi Rp 90,6 triliun. Sedangkan kredit konsumer naik 14,1% yoy dari Rp 73 triliun menjadi Rp 83,3 triliun.

Kendati demikian, kredit kecil dan menengah (UKM) turun 10,16% pada semester I 2018 dari Rp 59 triliun menjadi Rp 53 triliun. Selain kredit UKM, kredit korporasi menengah tercatat susut 8,8% yoy menjadi Rp 143,4 triliun.

"Penurunan di dua segmen ini dikarenakan adanya shifting (perubahan) segmen kredit Bank Mandiri, kami fokus ke segmen korporasi karena nilai risikonya kecil dan yield-nya rendah," tutur Hery di Jakarta, Kamis (19/7).

Selain dari segmen bisnis banking, kinerja perusahaan anak juga menyumbang pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara konsolidasi. Tercatat per akhir Juni 2018 perusahaan anak menyumbang kredit sebesar Rp 91,4 triliun, meningkat 19,6% dari pencapaian tahun sebelumnya Rp 76,4 triliun.

Berkat penyaluran kredit tersebut, Bank Mandiri berhasil mencetak pertumbuhan laba setelah pajak sebesar 28,7% yoy menjadi Rp 12,2 triliun.

Dari sisi kualitas kredit bank bersandi emiten BMRI ini juga berhasil menurunkan rasio non performing loan (NPL) dari 3,82% menjadi 3,13% pada semester I-2018.

Menurut Hery, kinerja tersebut menunjukkan bahwa Bank Mandiri telah melakukan perbaikan yang signifikan baik dari sisi pengelolaan aset produktif serta penajaman fokus bisnis, meskipun perekonomian eksternal masih belum sepenuhnya kondusif.

"Kami berupaya untuk terus agresif dalam menangkap peluang bisnis yang ada di pasar, dengan memanfaatkan kekuatan produk dan layanan keuangan Mandiri Group. Disamping itu, kami juga konsisten dalam melakukan efisiensi biaya dan optimalisasi recovery kredit bermasalah agar tetap dapat membukukan profitabilitas dan memberi keuntungan kepada pemegang saham,” kata Hery.

Hery menjelaskan berdasarkan jenis kreditnya, 78,2% kredit yang disalurkan Bank Mandiri bersifat produktif, dan hanya 21,8% yang bersifat konsumtif. Hingga Juni 2018, penyaluran kredit investasi Bank Mandiri mencapai Rp 206,4 triliun, tumbuh 7,2% secara yoy, sedangkan kredit modal kerja naik 9,8% menjadi Rp 318,5 triliun.

"Sebagai bank BUMN, kami juga terus menjaga konsistensi dalam mendukung program-program strategis pemerintah untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan mendorong pemerataan pembangunan," kata Hery.

Hal ini terlihat melalui kinerja Bank Mandiri dalam penyaluran kredit infrastruktur. Hingga akhir Juni 2018, total kredit infrastruktur yang disalurkan telah mencapai Rp 165,8 triliun atau 65% dari total komitmen yang diberikan, yaitu Rp 255,3 triliun.

Kredit tersebut disalurkan kepada lebih dari 7 (tujuh) sektor yakni transportasi (Rp 39,3 triliun), tenaga listrik (Rp 36,8 triliun), migas & energi terbarukan (Rp 24,1 triliun), konstruksi (Rp 18,3 triliun), Jalan (Rp 10,6 triliun), perumahan rakyat & fasilitas kota (Rp 9,5 triliun), telematika (Rp 17,5 triliun), dan infrastruktur lainnya (Rp 9,6 triliun).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi