KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2017, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) meraih pra penjualan atau marketing sales Rp 7,65 triliun. Pencapaian ini meleset dari target awal sebesar Rp 8,5 triliun. Lesunya iklim investasi properti menjadi penyebab utama melorotnya kinerja. Walau meleset dari target manajemen, performa marketing sales CTRA tetap naik 6,3%
year-on-year. Jovent Giovanny, analis CIMB Securities dalam riset yang diterbitkan 25 Januari lalu, memaparkan perolehan sales tersebut disebabkan keterlambatan peluncuran proyek apartemennya di CBD Jakarta yang sebelumnya diperkirakan bisa menyumbang Rp400 miliar pada awal kuartal IV-2017. Hasil pra penjualan yang relatif lemah di wilayah Jawa yang turun 4% yoy, juga menjadi penyebab pencapaian meleset dari target.
Sementara, analis Trimegah Securities Wisnu Budhiargo menyebut, target pra-penjualan tahun ini yang sebesar Rp 7,6 triliun, cenderung konservatif. Namun, ia meyakini kekuatan CTRA yang memiliki diversifikasi lokasi proyek memberi proyeksi yang cerah bagi kinerja perusahaan. "Lokasi proyek CTRA memiliki exposure besar ke jaringan toll baru, terutama di pulau Jawa, maka prospek pra-penjualan tahun ini masih bagus," jelas Wisnu, Rabu (31/1). Analis Danareksa Sekuritas, Akhmad Nurcahyadi memaparkan dalam riset 30 Januari, CTRA diperkirakan bisa membukukan laba bersih Rp 1,31 triliun pada 2018, dan tahun depan Rp 1,41 triliun. Sedangkan, pendapatan sales tahun ini sekitar Rp 7,67 triliun dan tahun depan Rp 8,99 triliun. Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menambahkan, CTRA tahun ini tengah menyasar penjualan unit rumah dengan segmentasi khusus. "CTRA akan menjalankan strategi bisnis menyasar segmen ekonomi menengah ke bawah untuk meningkatkan kinerja marketing sales," jelasnya. Menurut Nafan, strategi ini bagus lantaran rekam penjualan CTRA untuk konsumen ekonomi menengah ke atas nampaknya belum bisa menggenjot kinerja marketing sales. Hal ini tercermin dari laporan keuangan terakhir, yang menunjukkan 75% dari total marketing sales CTRA berasal dari proyek
landed house, sedangkan
high rise building hanya berkontribusi sebesar 25%. Wisnu menambahkan, strategi CTRA yang akan fokus pada pasar ekonomi menengah ke bawah juga bakal bagus bagi CTRA. Pasalnya demografi pasar
mid-low saat ini cenderung memanfaatkan pembayaran berkala melalui kredit atau
installment membuat mereka jadi pasar yang menjanjikan. "Apalagi hal ini juga didukung penurunan suku bunga bank," jelas Wisnu. Maka, iklim belanja dan investasi properti memiliki potensi untuk kembali berkiprah.
Apalagi menurut Wisnu, developer CTRA makin berani menurunkan harga yang menunjukkan strategi kompensasi value dengan volume. Manajemen Ciputra Development juga mengamini akan kembali membidik
end user dengan daya beli pada harga di bawah Rp 1 miliar. Sejumlah proyek
landed house yang akan digeber tersebar di Makassar (Sulawesi Selatan), Cibubur (Jakarta) dan Batam (Kepulauan Riau). Wisnu merekomendasi
buy dengan target harga Rp 1.600. Akhmad merekomendasikan buy dengan target Rp 1.580 per saham. Sementara, Jovent menyarankan
add dengan target Rp 1.600 per saham. Nafan menyarankan
hold dengan target harga Rp 1.650 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini