KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada penutupan perdagangan Jumat (4/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,38% ke level 6061,252. Meski demikian, pada tiga hari perdagangan awal Oktober 2019, IHSG tercatat selalu mengalami koreksi. Pada perdagangan perdana 1 Oktober, IHSG melemah 0,5% ke level 6138,250. Hal ini berlanjut hingga perdagangan Kamis (3/10) di mana indeks terkoreksi ke level 6038,529 atau nyaris menyentuh level 5000. Aksi jual saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi besar menjadi salah satu pemberat IHSG.
Misalnya saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Saham dengan kapitalisasi Rp 128,21 triliun ini terus terkoreksi pada perdagangan pekan pertama Oktober 2019. Pada penutupan perdagangan Jumat kemarin (4/10) pun BBNI melemah 0,36% ke level Rp 6.875 per saham. Hal yang sebaliknya justru terjadi pada saham-saham kapitalisasi kecil-menengah (small-medium caps). Saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA), misalnya. Saham dengan kapitalisasi pasar Rp 76,41 triliun ini cenderung bergerak naik pada pekan pertama perdagangan bulan Oktober. Pada penutupan perdagangan Jumat (4/10), SMMA ditutup menguat 7,14% ke level Rp 12.000 per saham. Padahal pada perdagangan Selasa (1/10), saham SMMA masih di kisaran Rp 9.875 per saham. Ada pula saham PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO). Pada perdagangan Selasa (1/10), saham ARTO berada di level Rp 1.335 per saham. Tetapi pada penutupan Jumat (4/10), saham ARTO melejit ke level Rp 2.110 per saham. Saham-saham lain yang menjadi penggerak IHSG adalah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR), PT Pollux Properti Indonesia Tbk (POLL), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Lantas, apa yang menyebabkan saham dengan kapitalisasi pasar kecil-menengah cenderung naik? Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, hal ini tidak lepas dari kecenderungan perilaku pasar. Ia bilang, terdapat kecenderungan ketika salah satu kelompok saham menurun maka akan mengakibatkan kelompok saham lainnya naik. “Saat ini di mana saham blue chips menurun maka pelaku pasar akan terfokus pada kelompok small caps (kapitalisasi pasar kecil),” terangnya kepada Kontan.co.id, Jumat (4/10). William melanjutkan kenaikan saham berkapitalisasi kecil-menengah terjadi akibat investor yang sedang mencari pilihan alternatif. Di lain sisi, secara teknikal saham-saham ini sudah menunjukkan kecenderungan untuk naik (uptrend). Setali tiga uang, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai kenaikan saham small-medium caps terjadi akibat investor yang mencari alternatif pilihan saham lain, khususnya saham sektor kebutuhan primer.
“Dengan kondisi pasar yang tidak jelas investor beralih ke sektor yang memang dibutuhkan meskipun dengan kondisi ekonomi yang terbilang melambat,” terang Sukarno. Selain itu, menurut Sukarno ada pula saham yang naik akibat adanya aksi korporasi yakni saham ARTO. Ia menilai, kenaikan saham ARTO karena terimbas adanya isu akuisisi saham ARTO. Seperti yang diketahui, beredar kabar bahwa 51% saham ARTO bakal diakuisisi dan akan diubah menjadi Bank Gojek atau GoBank. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie