NUSA DUA. Bank Indonesia (BI) mengakui besarnya dampak krisis keuangan di Tanah Air pada tahun 1997-1998 disebabkan karena kekurangan data yang dimiliki BI. Selain cadangan devisa yang sedikit, bank sentral saat itu tidak memiliki data utang luar negeri (ULN) swasta.Deputi Gubernur BI Sugeng mengatakan, pada saat itu BI belum membangun data ULN swasta. "Waktu itu, banyak korporasi yang punya ULN yang outstanding-nya sangat besar," katanya usai Statistic Regional Conference di Nusa Dua Bali, Rabu (22/3).Menurut Sugeng, sebelum krisis 1997-1998, ekonomi Indonesia tergolong kuat sehingga termasuk empat Macan Asia. Kekuatan itu diakui oleh sejumlah lembaga pemeringkat utang internasional. sehingga berbagai lembaga menawarkan kredit untuk korporasi tanah air. "Sehingga utang yang seharusnya tidak perlu, diambil terus sehingga eksposure-nya lebih dari yang semestinya," katanya.
Big Data, cara BI minimalisir kerugian krisis
NUSA DUA. Bank Indonesia (BI) mengakui besarnya dampak krisis keuangan di Tanah Air pada tahun 1997-1998 disebabkan karena kekurangan data yang dimiliki BI. Selain cadangan devisa yang sedikit, bank sentral saat itu tidak memiliki data utang luar negeri (ULN) swasta.Deputi Gubernur BI Sugeng mengatakan, pada saat itu BI belum membangun data ULN swasta. "Waktu itu, banyak korporasi yang punya ULN yang outstanding-nya sangat besar," katanya usai Statistic Regional Conference di Nusa Dua Bali, Rabu (22/3).Menurut Sugeng, sebelum krisis 1997-1998, ekonomi Indonesia tergolong kuat sehingga termasuk empat Macan Asia. Kekuatan itu diakui oleh sejumlah lembaga pemeringkat utang internasional. sehingga berbagai lembaga menawarkan kredit untuk korporasi tanah air. "Sehingga utang yang seharusnya tidak perlu, diambil terus sehingga eksposure-nya lebih dari yang semestinya," katanya.