JAKARTA. Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi oleh pemerintah, diyakini PT BII Finance tak akan berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan. "Kami sudah simulasi, hampir tak ada pengaruh," ucap Direktur Utama BII Finance, Alexander, di Ballroom Hotel Pacific Place, Senin, (20/5). Ada 3 alasan yang membuat hal tersebut tak berpengaruh. Pertama, yaitu perusahaan yang merupakan bagian dari Grup Maybank Malaysia ini menyasar pembiayaan kendaraan menengah ke atas. Alexander mengatakan bahwa sekitar 70% pembiayaan BII Finance disalurkan pada kendaraan roda empat seharga Rp 200-300 juta. Kemudian, 15% pembiayaannya adalah untuk mobil mewah di atas Rp 500 juta. "Mereka ini yang sudah terbiasa Pertamax. Bukan BBM bersubsidi," ungkapnya. Kedua, ia melihat adanya pasar yang berbeda terhadap pangsa yang akan terpengaruh kenaikan harga BBM tersebut. Ini karena harga rata-rata mobil yang dibiayai BII Finance adalah Rp 220 juta. Pasar mobil harga Rp 100 juta-an pun diakui Alexander diberikan kebanyakan untuk harga di atas Rp 150 juta. Ketiga, diakuinya market share BII Finance masih kecil terhadap total industri, yakni hanya 6%. "Jadi kita masih bisa meningkatkan. Peluang kita masih besar dibanding mereka yang punya market share 15-20%," sebutnya. Alexander berharap dapat meningkatkan market share-nya 6,5-7% sampai akhir tahun. Kemudian, ia ingin bisa menggaet 10% pangsa pasar di sekitar tahun 2015-2016.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BII Finance: Kenaikan harga BBM tak berpengaruh
JAKARTA. Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi oleh pemerintah, diyakini PT BII Finance tak akan berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan. "Kami sudah simulasi, hampir tak ada pengaruh," ucap Direktur Utama BII Finance, Alexander, di Ballroom Hotel Pacific Place, Senin, (20/5). Ada 3 alasan yang membuat hal tersebut tak berpengaruh. Pertama, yaitu perusahaan yang merupakan bagian dari Grup Maybank Malaysia ini menyasar pembiayaan kendaraan menengah ke atas. Alexander mengatakan bahwa sekitar 70% pembiayaan BII Finance disalurkan pada kendaraan roda empat seharga Rp 200-300 juta. Kemudian, 15% pembiayaannya adalah untuk mobil mewah di atas Rp 500 juta. "Mereka ini yang sudah terbiasa Pertamax. Bukan BBM bersubsidi," ungkapnya. Kedua, ia melihat adanya pasar yang berbeda terhadap pangsa yang akan terpengaruh kenaikan harga BBM tersebut. Ini karena harga rata-rata mobil yang dibiayai BII Finance adalah Rp 220 juta. Pasar mobil harga Rp 100 juta-an pun diakui Alexander diberikan kebanyakan untuk harga di atas Rp 150 juta. Ketiga, diakuinya market share BII Finance masih kecil terhadap total industri, yakni hanya 6%. "Jadi kita masih bisa meningkatkan. Peluang kita masih besar dibanding mereka yang punya market share 15-20%," sebutnya. Alexander berharap dapat meningkatkan market share-nya 6,5-7% sampai akhir tahun. Kemudian, ia ingin bisa menggaet 10% pangsa pasar di sekitar tahun 2015-2016.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News