Bikin cemas, mutasi virus corona baru ditemukan di New York



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Berikut adalah ringkasan dari beberapa studi ilmiah terbaru tentang novel coronavirus dan upaya menemukan pengobatan dan vaksin untuk Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut.

Mutasi varian corona di New York mengkhawatirkan 

Varian virus corona yang sedang naik daun di New York City mengandung mutasi E484K yang sama yang terlihat pada varian di Brasil dan Afrika Selatan. Mutasi ini diyakini membuat vaksin Covid-19 dan terapi antibodi kurang efektif. 


Melansir Reuters, sebuah laporan yang dirilis oleh peneliti Departemen Kesehatan Negara Bagian New York yang diposting pada hari Senin (1/3/2021) di medRxiv menuliskan, semua versi varian yang beredar di New York menyimpan mutasi yang disebut D235G yang mungkin mengurangi kemanjuran antibodi penetral. 

"Varian tersebut telah meningkat dalam populasi virus yang bersirkulasi di negara bagian New York hampir 26 kali lipat dalam waktu kurang dari sebulan," kata para peneliti seperti yang dikutip Reuters. 

Baca Juga: Mengenal jenis virus corona varian California yang semakin berbahaya!

Tim peneliti menambahkan, "Kombinasi E484K atau S477N dengan mutasi D253G yang mungkin menyebabkan pelarian kekebalan, dan peningkatan jumlah kasus Covid-19 yang terkait dengan varian ini, memerlukan pemantauan lebih lanjut," kata mereka. 

Memprioritaskan vaksinasi orang tua 

Studi baru menunjukkan, memprioritaskan lansia untuk vaksinasi Covid-19 tidak hanya menyelamatkan sebagian besar nyawa tetapi juga menyelamatkan sebagian besar tahun kehidupan. 

Reuters memberitakan, dengan mempertimbangkan usia dan risiko kesehatan, peneliti menghitung jumlah nyawa yang berpotensi diselamatkan oleh vaksin Covid-19 di Amerika Serikat, Jerman, dan Korea Selatan dan mengalikan angka itu dengan harapan hidup mereka yang divaksinasi. 

Baca Juga: Ngeri, Jepang temukan mutasi virus corona baru

Risiko kematian pasien akibat Covid-19 meningkat lebih cepat seiring bertambahnya usia - pada tingkat sekitar 11% per tahun - dibandingkan sisa harapan hidup mereka yang turun, kata pemimpin studi Joshua Goldstein dari University of California, Berkeley. 

Tanpa vaksinasi, jumlah orang yang akan meninggal karena Covid-19 jauh lebih tinggi pada kelompok usia tertua daripada kelompok yang lebih muda. Sehingga, melindungi kelompok yang lebih tua sebenarnya menyelamatkan lebih banyak tahun hidup, secara total. 

"Sebelum studi ini, diduga ada beberapa usia menengah - tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda - yang akan memaksimalkan manfaat dari vaksin, dalam hal penyelamatan orang bertahun-tahun," kata Goldstein dalam sebuah pernyataan. 

Selanjutnya: Deteksi strain baru corona, India wajibkan tes bagi pelancong dari Inggris dan Brasil

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie