Bila tak ditangkap, pelaku teror Selandia Baru akan terus lanjutkan aksinya



KONTAN.CO.ID - WELLINGTON. Umat muslim yang tengah menjalankan Salat Jumat berlarian untuk menyelamatkan diri dari rentetan tembakan di dua masjid Christchurch. Dalam waktu 36 menit sejak serangan dimulai, polisi bisa mengakhiri kekejaman tersebut.

DIlansir dari Reuters, Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern mengatakan pria bersenjata yang bernama Brenton Tarrant itu bahkan bermaksud melanjutkan serangannya jika dia tidak berhasil dihentikan polisi. 

"Ada dua senjata lain di dalam kendaraan pelaku dan dia benar-benar berniat untuk melanjutkan serangannya," katanya.


Setidaknya 49 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengejutkan negara dan dunia. Si tersangka muncul di pengadilan pada hari Sabtu dan didakwa dengan tuduhan pembunuhan. 

Namun Ardern mengatakan ke depan akan ada lebih banyak lagi tuduhan yang ditujukan pada pria tersebut.

Tarrant yang berusia 28 tahun diborgol dan mengenakan jumpsuit penjara putih ketika dia berjalan ke ruang sidang. Meski tidak malakukan pembelaan, tetapi ia membuat gerakan tangan yang berhubungan dengan supremasi kulit putih.

Pihak berwenang menerapkan langkah-langkah keamanan ekstra setelah insiden tersebut. Ruang sidang ditutup untuk umum, dan nama korban dirahasiakan oleh pihak berwenang.

Serangan yang disiarkan langsung oleh pelaku di media sosial tersebut merupakan pembunuhan massal paling mematikan di Selandia Baru sejak 1943. Ardern menyebut pembantaian itu sebagai serangan teroris.

Editor: Tendi Mahadi