KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Miliarder dunia Bill Gates telah memesan superyacht bertenaga hidrogen pertama di dunia, bernilai sekitar £ 500 juta atau setara dengan Rp 8,8 triliun (kurs Rp 17.631) yang menampilkan kolam renang tanpa batas, helipad, spa, dan gym.

Mengutip The Guardian, pendiri Microsoft ini tertarik dengan Aqua ship -sebuah kapal mewah 112 meter (370 kaki) yang sepenuhnya ditenagai oleh hidrogen cair- yang diperkenalkan tahun lalu di pameran yacht Monaco yaoleh perusahaan desain Belanda Sinot.

Berbicara tentang proyek tersebut tahun lalu, perancang kelautan Sander Sinot mengatakan: "Untuk pengembangan Aqua kami mengambil inspirasi dari gaya hidup pemilik yang berwawasan ke depan, fleksibilitas air dan teknologi canggih, untuk menggabungkan ini dalam sebuah kapal superyacht dengan fitur-fitur yang benar-benar inovatif."

Baca Juga: Jeff Bezos mencari tiga sifat ini saat mempekerjakan orang di Amazon

Kapal ini memiliki lima deck dan ruang untuk menampung 14 tamu dan 31 anggota awak. Dalam fitur ramah lingkungan lebih lanjut, mangkuk api berbahan bakar gel memungkinkan para tamu untuk tetap hangat di luar tanpa harus membakar kayu atau bara.

Namun fitur paling mutakhirnya tersimpan di bawah geladak, yakni berupa dua tangki bersegel vakum 28 ton yang didinginkan hingga -423F (-253C) dan diisi dengan hidrogen cair, yang memberi daya pada kapal. Bahan bakar itu akan menghasilkan tenaga untuk dua motor satu-megawatt dan baling-baling melalui sel bahan bakar on-board, yang menggabungkan hidrogen dengan oksigen untuk menghasilkan listrik. Air adalah produk sampingan.

Baca Juga: Kian mencemaskan, korban tewas akibat virus corona tembus 304 orang

Kapal itu diprediksi belum akan berlayar ke laut sebelum 2024, menurut Sunday Telegraph, yang melaporkan komisi Gates. Saat itu terjadi, superyacht itu memiliki potensi untuk mencapai kecepatan 17 knot (sekitar 20 mph) dan menempuh 3.750 mil (atau kira-kira dari London ke New York) sebelum perlu mengisi bahan bakar lagi. The Sunday Telegraph mengatakan, kapal itu akan memiliki "cadangan diesel" karena kelangkaan stasiun pengisian bahan bakar hidrogen.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie