KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir Maret lalu, pasar modal global terheran-heran dengan nama Bill Hwang seorang trader yang kehilangan kekayaannya dari pasar saham senilai US$ 20 miliar atau setara Rp 280 triliun lebih dalam dua hari. Dalam laporan khusus
Bloomberg Businessweek yang mengutip dari
South Morning China Post digambarkan kalau Hwang merupakan trader yang hebat sebelum ia kehilangan duit itu semua. Lalu siapa Hwang pria 57 tahun itu? Hwang seorang Korea-Amerika Serikat ini memulai investasinya di saham tahun 2013 dengan US$ 200 juta hingga bisa berlipat berlipat ganda. Yang seandainya dia mau mencairkan uangnya pada awal Maret, Hwang mungkin akan masuk sebagai daftar miliarder dunia. Menariknya jika miliarder lain banyak yang terikat dengan banyak aset, Hwang benar-benar murni uangnya dalam bentuk cair.
Catat! Jumat 26 Maret 2021 menjadi kisah kegagalan investasi paling spektakuler dalam sejarah pasar modal modern dengan Hwang Bersama perusahaannya Archegos Capital Management. Belum ada siapapun yang kehilangan duitnya sebegitu banyak dalam dua hari.
Baca Juga: Sebesar Ini Prediksi Kerugian yang Ditanggung Perbankan Akibat Transaksi Archegos Hwang memang tidak terlalu dikenal oleh banyak orang. Yang mengenal Hwang hanya ada di lingkaran kecilnya seperti jemaat gerejanya, mantan hedge fund yang pernah bekerja dengannya dan segelintir bankir. Hwang bak paus yang tak pernah kelihatan, namun tiba-tiba meledak dengan kegagalannya. Archegos memang tidak pernah muncul dalam pengajuan peraturan yang mengungkapkan pemegang saham utama saham publik. Hwang menggunakan swap, sejenis derivatif yang memberikan investor eksposur terhadap keuntungan atau kerugian aset yang mendasarinya tanpa memilikinya secara langsung. Hal ini menyembunyikan identitas dan ukuran posisinya. Bahkan perusahaan yang mendanai investasinya tidak dapat melihat gambaran besarnya. Itulah sebabnya, pada hari Jumat, 26 Maret, ketika investor di seluruh dunia mengetahui bahwa sebuah perusahaan bernama Archegos telah gagal membayar pinjaman yang digunakan untuk membangun portofolio senilai US $ 100 miliar, pertanyaan pertama adalah, “Siapa sebenarnya Bill Hwang?” Hwang menggunakan skema leverage atau pinjaman untuk meningkatkan investasinya lima kali lipat. Bank-bank investasi besar berada di belakang Hwang. Credit Suisse, salah satu pemberi pinjaman Hwang, kehilangan US $ 4,7 miliar, dan beberapa eksekutif puncak, termasuk kepala bank investasi, telah dipaksa keluar. Nomura Holdings menghadapi kerugian sekitar US $ 2 miliar. Hwang memang jauh dari gembar-gembor seorang miliarder yang kehidupan mewahnya banyak menghiasi televisi ataupun surat kabar di Amerika Serikat. Dengan kekayaannya yang miliaran, Hwang memang memiliki kehidupan yang sederhana. “Saya tumbuh dalam keluarga pendeta. Kami miskin," katanya dalam video yang direkam di Gereja Komunitas Metro New Jersey pada tahun 2019. Ia tidak memiliki penthouse, juga tak memiliki jet pribadi. Hwang Cuma memiliki rumah di pinggiran kota New Jersey dan mengendarai kendaraan SUV Hyundai. Bukan cuma soal kesederhanaan saja. Dari orang-orang terdekatnya Hwang juga dikenal mengabdikan dirinya dan kekayaannya untuk gereja. Hwang dikenal telah menjadi pilar komunitas gerejanya. Yayasannya Grace and Mercy Foundation memberi jutaan dolar setahun untuk sebagian besar tujuan misionaris Kristen. The Fuller Foundation dan Fuller Theological Seminary di Pasadena, California, dan Washington’s Museum of the Bible adalah dua dari penerima manfaat terbesarnya. Lainnya, di New York, termasuk Bowery Mission dan King’s College, sekolah seni liberal Kristen.
Hwang juga gemar menyelenggarakan acara membaca Alkitab di kantor yayasannya. Saat makan malam pukul 18.30 pada hari Senin, makan siang pukul 12.30 pada hari Rabu, dan saat sarapan pukul 7 pagi pada hari Jumat. Hwang mengatakan dia menghabiskan setidaknya 90 jam selama setahun untuk mencerna seluruh Alkitab. Hwang terlibat erat dengan kelompok bernama Liberty di Korea Utara, atau Link, yang telah membantu sekitar 1.300 warga Korea Utara melarikan diri dari rezim. “Dia tidak menggunakan Tuhan sebagai kedok, Dia hidup dengan itu," kata Jensen Ko, seorang kolega Hwang di Archegos.
Editor: Lamgiat Siringoringo