Bima Multifinance revisi proposal perdamaian



JAKARTA. PT Bima Multifinance merevisi proposal perdamaian dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Kali ini perusahaan pembiayaan itu memilih menerbitkan obligasi yang bisa dikonversikan ke saham alias convertible bond sebagai upaya membayar utang. Dalam revisi proposal yang diterima KONTAN, Kamis (22/6), Bima Multifinance menawarkan tiga opsi pembayaran. Ketiganya menggunakan skema convertible bond dengan masa pembayaran 10 tahun kepada kreditur bank dan pemegang obligasi. Adapun convertible bond sendiri ditargetkan senilai Rp 380 miliar.

Sementara kepada kreditur konkuren dengan nilai di bawah Rp 1 miliar dan diselesaikan selama satu tahu. Perusahaan juga meminta penghapusan bunga dan denda. Masa pembayaran itu terhitung lebih lama dari proposal awal yang menawarkan tenor hanya enam tahun. "Memang dari tenor lebih lama tapi bunga yang kami tawarkan lebih besar dari sebelumnya hanya 6% menjadi 10%,” kata kuasa hukum Bima Multifinance, Yosef Mado, Kamis (22/6). Pertama, yakni pembayaran dengan adanya penyuntikan dana. Dalam opsi ini Bima Multifinance mengasumsikan jumlah pokok Rp 380 miliar dibayar penuh di tahun ke enam dengan asumsi adanya injeksi modal dari investor sebesar Ro 380 miliar. Kedua, pembayaran dengan konversi ke saham. Artinya, jumlah pokok Rp 380 miliar dibayar penuh di tahun ke enam. Apabila, penerbit obligasi gagal bayar, maka pemegang obligasi dapat mengkonversikannya menjadi saham perusahaan. Ketiga, pembayaran dengan skema convertible bond saja. Dimana dalam opsi ini Bima Multifinanece mengenakan bunga yang lebih kecil yakni 8%. Dari segi penerbitannya pun di opsi ini Bima akan membaginya menjadi dua yang masing-masing nilai pokoknya Rp 190 miliar Seperti pada Trance A , jumlah pokok Rp 190 miliar akan dibayar penuh di tahun ke enam dan Trance B akan dibayar di tahun ketujuh. Keduanya pun diasumsikan jika penerbit obligasi gagal bayar, maka pemegang obligasi dapat mengkonversikannya menjadi saham perusahaan. Terkait perubahan tersebut Yosef mengatakan apa yang ditawarkan telah sesuai dengan kemampuan perusahaan. "Perubahan juga mengakomodir keinginan dari para kreditur," lanjutnya. Diketahui, Bima Multifinance memiliki total utang sebesar Rp 999,49 miliar. Rinciannya, kreditur separatis Rp 879, 94 miliar dan kreditur konkuren Rp 119,55 miliar. Kreditur separatis itu didominasi oleh bank. Bank dengan tagihan terbanyak pun ada Bank Kalsel Rp 122,97 miliar, Bank Victoria Rp 109,58 miliar, dan Bank BRI Agroniaga Rp 66,69 miliar. Kemudian juga para pemegang obligasi yang diwakili wali amanat dari Bank BTN dengan total tagihan Rp 216 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan