KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat berkinerja ciamik pada tiga bulan pertama tahun ini, namun sayang pada kuartal II-2021 kinerja aset kripto justru terpukul. Sentimen seperti pelarangan penambangan Bitcoin di China, adanya pernyataan negatif dari bank sentral terhadap aset kripto, hingga aksi profit taking seiring penguatan yang sudah terlalu signifikan mewarnai pergerakan aset kripto pada kuartal II-2021. Walau begitu, jika dihitung sejak awal tahun, imbal hasil yang ditawarkan aset kripto masih terbilang luar biasa. Tengok saja kinerja aset kripto dengan market cap terbesar seperti di bawah tabel ini: Kinerja Kripto dengan Market Cap Terbesar*
Aset Kripto | Akhir 2020 | 30 Juni 2021** | Return Ytd (%) |
Bitcoin | 29.096,69 | 34.660,26 | 19.12% |
Ethereum | 734,01 | 2.131,85 | 190.44% |
Binance Coin | 38.14 | 290,48 | 661.62% |
Cardano | 0,1922 | 1,32 | 586.78% |
*Dalam dolar AS **Per 21.30 WIB Sumber: Coinmarketcap Binance coin misalnya, mata uang berkode BNB ini membukukan imbal hasil hingga 684,92% dalam enam bulan pertama kemarin.
Baca Juga: Sepanjang Semester Satu, Kripto Masih Beri Cuan Paling Tinggi CEO Triv.co.id Gabriel Rey mengatakan tingginya kinerja BNB tidak terlepas dari naik pamornya decentralized finance (DeFi). Selain itu, DeFi juga akan selalu memiliki permintaan seiring pengguna aset kripto selalu membutuhkan exchanger dan yield farming dari aset kriptonya. Dus, BNB mempunyai fundamental yang jelas, berbeda dengan altcoin yang pergerakannya lebih dikarenakan spekulasi. Memasuki paruh kedua tahun ini, Gabriel melihat Bitcoin masih berpotensi menjadi kelas aset dengan kinerja paling baik. Menurutnya, publik saat ini tengah menanti keputusan Securities and Exchange Commission (SEC) untuk memberikan persetujuan terhadap penggunaan ETF Bitcoin. Ia bilang, SEC seharusnya memberikan pernyataan pada kuartal III-2021 atau paling lambat sebelum akhir tahun ini. “Sebenarnya keputusan ini hanya masalah waktu saja, SEC sepertinya tidak mungkin menolak, karena ETF Bitcoin sudah mulai digunakan di tetangganya, yakni negara-negara Amerika Selatan dan Kanada,” terang Gabriel kepada Kontan.co.id, Rabu (30/6).
Gabriel menyebut, ketika Bitcoin ETF sudah disetujui oleh SEC, maka akan menjadi gerbang untuk masuknya uang dari kelompok perbankan dan asuransi ke bitcoin. Hal ini akan menjadi katalis positif untuk harga Bitcoin, serta aset kripto lainnya yang harganya memang mengekor tren Bitcoin. Walau begitu, ia melihat prospek BNB justru cenderung tertekan pada sisa akhir tahun ini. Hal ini seiring dengan mulai adanya negara seperti Inggris yang melarang Binance Exchange. Jika negara lain ikut melarang Binance Exchange, tentu akan menjadi sentimen negatif bagi BNB. “Jadi investor BNB sebaiknya memperhatikan hal ini. Aset kripto yang mungkin punya prospek menarik adalah Ethereum (ETH) seiring semakin dekatnya dengan peluncuran ETH 2.0,” tutup Gabriel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi