JAKARTA. Rencana PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI) untuk segera menyelesaikan akuisisi terhadap PT Astrindo Mahakarya Indonesia (AMI) sepertinya meleset dari target perusahaan. Hal itu terlihat dari langkah BIPI yang memutuskan untuk memperpanjang masa proses due diligence terkait akuisisi tersebut hingga tiga bulan ke depan. Padahal, sebelumnya, BIPI menargetkan proses ini dapat selesai pada bulan ini."Prosesnya kami perpanjang hingga tiga bulan. Targetnya Juni sudah kelar," kata Direktur dan Chief Financial Officer BIPI Michael Wong kepada KONTAN di Jakarta, Rabu (28/3). Padahal BIPI telah lakukan penandatanganan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham alias Conditional Sales and Purchase Agreement untuk akusisi AMI pada 19 Desember 2011 lalu. Nilai akuisisi ini diperkirakan mencapai US$ 600 juta. Namun, Michael mengungkapkan jika bisa saja terjadi penurunan nilai akusisi.Disinyalir, alasan lain masa perpanjangan waktu tersebut disebabkan karena belum ada perbankan yang mau mendanai akuisisi tersebut. "Saat ini kami masih lakukan pembicaraan dengan pihak perbankan asing untuk pinjaman itu dan belum tertarik untuk menerbitkan obligasi," ungkap Michael.Selain itu, Michael juga menegaskan, BIPI tidak akan melakukan pinjaman ke PT Indo Tambang Perkasa yang merupakan induk BIPI. Padahal, sebelumnya, BIPI pernah meminjam dana dari Indo Tambang Perkasa untuk mengapit sekitar 34% saham di PT Elnusa Tbk (ELSA). "Kami tidak akan pinjam dari Indo Tambang. Waktu itu kami memang pernah meminjam karena BIPI baru saja listing dan belum punya nama untuk pinjam ke perbankan," jelasnya.Selain dari pinjaman, BIPI juga akan membayar akuisisi tersebut dari dana yang berasal dari waran seri 1 yang telah dikeluarkan perusahaan saat menggelar Penawaran Umum Saham Perdana di Februari 2010 lalu. Lagi-lagi Michael enggan menyebut berapa dana yang akan digunakan dari hasil koversi waran tersebut. Yang jelas, BIPI telah mengeluarkan waran seri 1 sebanyak 6,2 miliar saham dan mendapatkan dana segar mencapai Rp 942 miliar.Disisi lain, dengan molornya rencana akusisi ini, maka proyeksi pendapatan BIPI di tahun ini bisa meleset. Sebelumnya BIPI yakin jika laba bersihnya di akhir 2012 ini bisa mencapai US$ 110 juta setelah akuisisi AMI bisa dilangsungkan di Maret. Jika tanpa akuisisi AMI, awalnya BIPI hanya targetkan laba bersihnya sebesar US$ 25 juta hingga US$ 30 juta. "Ya kalau molor ke Juni, pasti akan berpengaruh dengan target awal kami. Tapi belum kami hitung lagi," pungkas Michael.
BIPI perpanjang masa due diligence akuisisi AMI
JAKARTA. Rencana PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI) untuk segera menyelesaikan akuisisi terhadap PT Astrindo Mahakarya Indonesia (AMI) sepertinya meleset dari target perusahaan. Hal itu terlihat dari langkah BIPI yang memutuskan untuk memperpanjang masa proses due diligence terkait akuisisi tersebut hingga tiga bulan ke depan. Padahal, sebelumnya, BIPI menargetkan proses ini dapat selesai pada bulan ini."Prosesnya kami perpanjang hingga tiga bulan. Targetnya Juni sudah kelar," kata Direktur dan Chief Financial Officer BIPI Michael Wong kepada KONTAN di Jakarta, Rabu (28/3). Padahal BIPI telah lakukan penandatanganan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham alias Conditional Sales and Purchase Agreement untuk akusisi AMI pada 19 Desember 2011 lalu. Nilai akuisisi ini diperkirakan mencapai US$ 600 juta. Namun, Michael mengungkapkan jika bisa saja terjadi penurunan nilai akusisi.Disinyalir, alasan lain masa perpanjangan waktu tersebut disebabkan karena belum ada perbankan yang mau mendanai akuisisi tersebut. "Saat ini kami masih lakukan pembicaraan dengan pihak perbankan asing untuk pinjaman itu dan belum tertarik untuk menerbitkan obligasi," ungkap Michael.Selain itu, Michael juga menegaskan, BIPI tidak akan melakukan pinjaman ke PT Indo Tambang Perkasa yang merupakan induk BIPI. Padahal, sebelumnya, BIPI pernah meminjam dana dari Indo Tambang Perkasa untuk mengapit sekitar 34% saham di PT Elnusa Tbk (ELSA). "Kami tidak akan pinjam dari Indo Tambang. Waktu itu kami memang pernah meminjam karena BIPI baru saja listing dan belum punya nama untuk pinjam ke perbankan," jelasnya.Selain dari pinjaman, BIPI juga akan membayar akuisisi tersebut dari dana yang berasal dari waran seri 1 yang telah dikeluarkan perusahaan saat menggelar Penawaran Umum Saham Perdana di Februari 2010 lalu. Lagi-lagi Michael enggan menyebut berapa dana yang akan digunakan dari hasil koversi waran tersebut. Yang jelas, BIPI telah mengeluarkan waran seri 1 sebanyak 6,2 miliar saham dan mendapatkan dana segar mencapai Rp 942 miliar.Disisi lain, dengan molornya rencana akusisi ini, maka proyeksi pendapatan BIPI di tahun ini bisa meleset. Sebelumnya BIPI yakin jika laba bersihnya di akhir 2012 ini bisa mencapai US$ 110 juta setelah akuisisi AMI bisa dilangsungkan di Maret. Jika tanpa akuisisi AMI, awalnya BIPI hanya targetkan laba bersihnya sebesar US$ 25 juta hingga US$ 30 juta. "Ya kalau molor ke Juni, pasti akan berpengaruh dengan target awal kami. Tapi belum kami hitung lagi," pungkas Michael.