BIS: OPEC bersalah atas jatuhnya harga minyak



SINGAPURA. Harga minyak dunia sudah anjlok lebih dari 60% sejak pertengahan 2014. Beberapa penyebabnya adalah kecemasan akan banjirnya cadangan minyak mentah dunia dan menurunnya tingkat konsumsi.

Laporan terbaru menunjukkan, setelah empat tahun harga minyak Brent stabil di atas US$ 100 per barel, adanya perubahan produksi dan konsumsi menjadi penyebab terjadinya penurunan harga minyak.

Namun, Bank for International Standards (BIS) menyalahkan keputusan yang diambil oleh Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada November lalu yang memutuskan untuk fokus pada market share ketimbang memangkas tingkat produksi. Menurut BIS, keputusan OPEC itulah yang menyebabkan harga minyak semakin rendah.


Laporan dari BIS menunjukkan, dua episode terakhir dari perbandingan penurunan harga minyak terlihat pada 1996 dan 2008 yang terkait dengan pengurangan tingkat konsumsi yang tajam, ditambah dengan ekspansi besar pada tingkat produksi.

"Hal ini terlihat kontras jika melihat perkembangan pasar minyak sejak pertengahan 2014, di mana pada kurun waktu tersebut tingkat produksi minyak hampir sama dengan ekspektasi dan konsumsi minyak lebih rendah dari prediksi," kata BIS.

Sementara itu, Menteri Keuangan OPEC Ibrahim Abdulaziz Al-Assaf  pada pekan lalu mengatakan bahwa anggota OPEC akan menggunakan cadangan kas dan menggunakan kemampuannya untuk meminjam sehingga dapat meredam badai yang sedang berlangsung di pasar minyak.

Al-Assaf mengatakan, Arab Saudi sudah bersiap menghadapi periode harga minyak murah. "Kami sudah belajar dari masa lalu...sudah pasti pasar minyak, semua orang tahu, mengalami pasang surut," imbuhnya.

Al-assaf menambahkan, Arab Saudi sudah memiliki sumber daya dan membangun buffer yang dapat membantu mempertahankan kebijakan mereka.

Tapi, BIS menilai, OPEC bukan satu-satunya penyebab turunnya harga minyak. Kenaikan jumlah utang yang substansial yang ditanggung sektor minyak dalam beberapa tahun terakhir juga merupakan faktor utama dalam memperburuk harga minyak.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie