KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pendiri Amazon Jeff Bezos baru-baru ini melampaui Elon Musk dalam merebut gelar orang terkaya di dunia, menurut Bloomberg Billionaires Index terbaru.

Dengan kekayaan bersih US$ 196 miliar, Bezos tertinggal di belakang Bernard Arnault dari Prancis.

Menikmati kekayaan bersih US$ 197 miliar pada 7 Maret 2024, Arnault menyandang gelar orang terkaya di dunia. Namun, angka tersebut bisa berubah sewaktu-waktu dan menjadikan Bezos orang terkaya di dunia.

Baca Juga: Singkirkan Elon Musk, Jeff Bezos Kembali Rebut Gelar Orang Terkaya Dunia

Elon Musk, sebaliknya, turun ke posisi ketiga terkaya, dengan kekayaan bersih US$ 189 miliar. Dia hanya sedikit di depan Mark Zuckerburg, yang memiliki kekayaan sebesar US$ 178 miliar.

Bagaimana Bezos terus mengumpulkan kekayaan setelah mengundurkan diri sebagai CEO Amazon? Dan apa yang bisa dipelajari dari pengusaha terkaya di Amerika?

1, Portofolio Terdiversifikasi

Selain menginvestasikan waktu, uang, dan pengetahuannya ke Amazon untuk menciptakan pengecer e-niaga terbesar, Jeff Bezos juga memiliki portofolio investasi yang terdiversifikasi. 

Melihat investasi pilihannya, yang dipublikasikan di BezosExpeditions.com, menunjukkan lusinan investasi di mana Bezos menyumbangkan pendanaan awal atau modal ventura.

Baca Juga: Warren Buffett Tempatkan 78% Portofolionya Senilai US$ 369 Miliar Hanya di 6 Saham

Meskipun saham adalah cara cerdas untuk mulai berinvestasi, terutama karena banyak aplikasi saat ini memungkinkan Anda menginvestasikan sebagian saham — berinvestasi di perusahaan pilihan dapat meningkatkan kekayaan nyata.

2, Investasikan pada Apa yang Diketahui

Portofolio investasi Bezos sangat bergantung pada teknologi online atau perusahaan yang mengembangkan teknologi, mulai dari platform media sosial Nextdoor hingga aplikasi rideshare Uber. Dia memegang saham di banyak situs web dan pasar online. Satu hal yang diketahui Bezos adalah cara membangun situs web yang sukses.

Mengikuti filosofi investasi miliarder terkenal lainnya, Warren Buffet, Bezos berinvestasi di perusahaan yang mudah dia pahami, tidak sekadar mengikuti tren.

Editor: Noverius Laoli