KONTAN.CO.ID - KAOHSIUNG. Taiwan pada Jumat (11/12) resmi menugaskan kapal penjaga pantai baru mereka yang canggih, lantaran bisa dipersenjatai dengan rudal. Kehadiran kapal penjaga pantai baru itu di tengah Taiwan memperkuat pertahanannya dalam menghadapi apa yang mereka lihat sebagai peningkatan ancaman dari China. Presiden Tsai Ing-wen telah memprioritaskan modernisasi militer untuk pulau yang diklaim China itu. Beijing siap menggunakan kekerasan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya.
Menghadiri penugasan kapal penjaga pantai bertajuk Anping buatan dalam negeri senilai US$ 37,3 juta di Kota Kaohsiung, Tsai memuji kemampuan "spesifik"-nya yang bisa digunakan saat perang.
Baca Juga: Kian bergolak, China kembali gelar latihan militer Laut China Selatan Menjadi kekuatan penting untuk pertahanan
“Kalau perlu bisa segera disulap menjadi kekuatan penting untuk pertahanan,” ujar Tsai di galangan kapal, tempat dia juga memberi nama Chengkung untuk kapal penjaga pantai kedua Taiwan. "Ini juga berarti, sementara penjaga pantai memperkuat penegakan hukum, kekuatan pertahanan nasional juga akan diperkuat," ujarnya seperti dikutip
Reuters. Anping adalah kapal yang mirip dengan kapal korvet Tuo Chiang, yang menjadi basisnya, dan memiliki ruang untuk peluncur rudal anti-kapal dan laut-ke-darat Hsiung Feng. Kapal korvet Tuo Chiang adalah kapal perang siluman mutakhir yang sangat bermanuver. Angkatan Laut Taiwan menyebutnya sebagai "pembunuh kapal induk" karena persenjataan rudalnya.
Baca Juga: Penasihat militer Biden: AS harus selamatkan Taiwan dari hujan rudal China Tsai telah memperjuangkan konsep "perang asimetris", termasuk menambahkan senjata yang mobile dan lebih sulit untuk diserang, untuk membuat serangan China menjadi mahal dan sulit. Sementara Amerika Serikat tetap menjadi pemasok senjata terpenting Taiwan, Tsai juga telah meningkatkan industri pertahanan negaranya, terutama untuk pembangunan delapan kapal selam. Penjaga pantai Taiwan sering terlibat dalam konfrontasi dengan kapal penangkap ikan dan pengeruk pasir China, yang menurut Taipe beroperasi secara ilegal di perairannya.
Editor: S.S. Kurniawan