KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia masih melonjak. Hingga Jumat (9/7), ada tambahan 38.124 kasus baru yang terinfeksi Covid-19. Alhasil, total kumulatif mencapai 2.444.912 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Belakangan ini, Indonesia juga menghadapi kelangkaan tabung oksigen lantaran kasus positif Covid-19 melonjak dan pasien membutuhkan perawatan serius. Seperti Indonesia, India juga pernah mengalami kekurangan oksigen untuk penanganan pandemi Covid-19. Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama menyatakan, sedikitnya ada lima hal yang dilakukan India saat mengatasi kelangkaan oksigen.
Baca Juga: Percepat penyaluran oksigen, pemerintah bentuk Satgas Oksigen Covid-19 Pertama, untuk sementara melarang penggunaan oksigen cair untuk kepentingan non kesehatan. Pelaksanaannya pernah amat ketat dan industri lain memang tidak boleh menggunakan oksigen, bahkan disebutkan tanpa kecuali. Kedua, menginisiasi pemasangan Medical Oxygen Generation Plants di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di negara itu. Ketiga, mempercepat distribusi, seperti dengan
oxygen express trains. Keempat, peran aktif berbagai LSM, seperti Hemkunt Foundation yang mengerahkan 150 relawan untuk melayani sekitar 15.000 panggilan telpon. "Semacam pelayanan oksigen
drive-through," ungkap Tjandra, yang juga mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan berkedudukan di New Delhi ini, kepada Kontan.co.id, Kamis (8/7). LSM lainnya, Sewa International menyediakan oxygen concentrator untuk kebutuhan para pasien Covid-19 di India. Kelima, India menerima bantuan oksigen dari negara lain, termasuk dari Indonesia. Amerika Serikat pernah menyumbang 1.100 silinder oksigen, Prancis juga menyumbangkan oksigen cair dan Inggris menyumbangkan
oxygen concentrator. Jepang pun mengirimkan
oxygen concentrator. Baca Juga: Menkes perkirakan kebutuhan oksigen untuk tangani Covid-19 capai 2.400 ton per hari Tjandra juga menyebutkan, ada negara bagian tertentu yang sudah sejak awal-awal menyiapkan kemungkinan kasus. Di Kerala, misalnya, cukup banyak rumah sakit yang sudah menyiapkan “liquid oxygen processing unit” yang amat memudahkan mereka pada masa kekurangan oksigen melanda berbagai rumah sakit di India. "Jadi memang persiapan dan antisipasi sejak awal akan amat membantu ketika masalah sudah di depan mata," tutur Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini. Menurut Tjandra, hal yang paling penting untuk mengatasi kekurangan oksigen adalah menangani masalah di hulunya, yaitu menekan jumlah penduduk yang sakit. Seperti diketahui, cukup banyak negara bagian di India (juga kota besar seperti New Delhi ibukota india dan Mumbai pusat industri film Bollywood) yang melakukan lockdown cukup ketat sehingga mobilitas penduduk jadi amat dibatasi.
Baca Juga: Temasek dan Barito Pacific beri bantuan oxygen concentrator ke Indonesia Negara bagian lain menggunakan pembatasan sosial yang bervariasi sesuai pola epidemiologisnya masing-masing dan akibatnya penularan di masyarakat juga dapat amat ditekan. India juga meningkatakan jumlah tes menjadi sekitar 2 juta orang per hari, dan jumlah vaksinasi sampai 8 juta orang per hari, jumlah yang amat besar. Pada 8 Mei 2021, kasus baru Covid-19 per hari di India sebanyak 403.405 orang dan pada 8 Juni sebulan kemudian turun menjadi 92.596 orang. "Turun menjadi seperempatnya," tutur Tjandra.
Bahkan pada 5 Juli 2021 angkanya hanya 34.703 orang, atau menyusut lebih dari 10 kali lipat lebih rendah dalam waktu tidak sampai dua bulan. Angka kasus harian di India lebih rendah daripada Indonesia yang sudah menyentuh 38.124 kasus, per Jumat (9/7). "Kita tentu mengharapkan agar angka pasien baru Covid-19 di Indonesia dapat segera diturunkan pula," ucap Tjandra.
Baca Juga: Pasien Covid-19 harus tahu, hal-hal ini bisa menyebabkan saturasi oksigen turun Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro