Bisa jadi senjata baru AS, terkuak hubungan dekat Huawei, Skycom Tech dan CFO Meng



KONTAN.CO.ID -LONDON-DUBAI. Huawei Technologies China sejak lama dituduh menutup-nutupi hubungannya Skycom Tech Co Ltd, perusahaan yang menjual peralatan komputer  ke Iran, meski aksi ini dilarang oleh pemerintah Amerika Serikat. 

Dari dokumen yang diperoleh  secara eksklusif oleh Reuters kian membuka tabir hubungan Huewei dan Skycom, Rabu (3/6).   Pada tahun 2013,  Reuters telah memberitakan hubungan yang mendalam antara Huawei dan kepala keuangan raksasa peralatan telekomunikasi itu, Skycom.

Dokumen yang dimiliki Reuters, menunjukkan Huawei telah lama memiliki hubungan denganSkycom Tech Co Ltd , sebagai mitra bisnis lokal terpisah di Iran.


Terbaru, dokumen baru yang diperoleh oleh Reuters,  menunjukkan titan teknologi China secara efektif mengendalikan Skycom. Dokumen termasuk surat, memo dan perjanjian yang dilihat Reutes menggambarkan hubungan internal antara Huawei-Skycom Iran. Dokumen itu menunjukkan bisnis mereka menjadi harta karun.

Satu dokumen menggambarkan bahwa Huawei berusaha untuk mencoba "memisahkan" dirinya dari Skycom pada awal tahun 2013. Huawei khawatir atas sanksi perdagangan terhadap Teheran. Dokumen lainnya menunjukkan, Huawei mengambil serangkaian tindakan , termasuk mengubah manajer Skycom, menutup kantor Teheran Skycom dan membentuk bisnis lain di Iran untuk mengambil alih kontrak Skycom senilai puluhan juta dollar.

Terungkapnya dokumen-dokumen tersebut  dapat mendukung kasus kriminal yang sedang dikejar oleh otoritas A.S terhadap Huawei dan kepala keuangannya, Meng Wanzhou, yang juga merupakan putri pendiri Huawei. 

Amerika Serikat telah berusaha untuk mendapatkan Meng dengan cara ekstradisi dari Kanada, di mana dia ditangkap pada bulan Desember 2018.

Seorang hakim Kanada minggu lalu mengizinkan kasus ini berlanjut, menolak argumen pembelaan bahwa tuduhan A.S. terhadap Meng bukan merupakan kejahatan di Kanada.

Dakwaan A.S. AS menuduh bahwa Huawei dan Meng berpartisipasi dalam skema penipuan untuk mendapatkan barang dan teknologi A.S. terlarang untuk bisnis Huawei yang berbasis di Iran via Skycom, dan memindahkan uang dari Iran dengan menipu bank besar. 

Surat dakwaan tersebut menuduh bahwa Skycom adalah anak perusahaan tidak resmi  dari Huawei, bukan mitra lokal.

Huawei dan Meng telah membantah tuduhan kriminal, yang meliputi penipuan bank, penipuan kawat dan tuduhan lainnya. Skycom, perusahaan yang terdaftar di Hong Kong dibubarkan pada tahun 2017.  Huawei  memang pernah menjadi pemegang saham di Skycom tetapi, menurut arsip perusahaan,mereka telah menjual sahamnya lebih dari satu dekade lalu.

Dokumen-dokumen yang baru diperoleh Reuters,  tampaknya merusak klaim Huawei bahwa Skycom hanya mitra bisnis.  Dokumen menggambarkan adanya hubungan di belakang layar atas dua perusahaan di Iran tujuh tahun lalu. Berbagai dokumen ditulis dalam bahasa Inggris, Cina, dan Persia.

Huawei menolak berkomentar 

Kementerian luar negeri Cina mengatakan Amerika Serikat mempolitisasi masalah ekonomi dan perdagangan, yang tidak untuk kepentingan perusahaan Cina atau Amerika. 

"Kami mendesak Amerika Serikat untuk segera menghentikan penindasannya yang tidak masuk akal terhadap perusahaan Cina termasuk Huawei," katanya. Itu merujuk pertanyaan spesifik tentang cerita ini ke Huawei.

Reuters melaporkan, bulan Maret, Huawei  mencatatkan dua kiriman peralatan komputer ke Iran, meski ini ekspor ini  dilarang  AS. 

Dokumen-dokumen yang baru diperoleh menunjukkan bahwa upaya Huawei untuk mengaburkan hubungannya dengan Skycom dimulai setelah Reuters melaporkan pada Desember 2012 bahwa Skycom telah menawarkan untuk menjual paling tidak 1,3 juta euro peralatan komputer Hewlett-Packard kepada operator telepon seluler terbesar Iran pada akhir 2010.

Pada bulan Januari 2013, laporan Reuters kedua menggambarkan hubungan keuangan yang erat antara  Huawei dengan Skycom, termasuk fakta bahwa Meng telah menjabat di dewan direksi Skycom antara Februari 2008 dan April 2009.

Sayangnya, Huawei menolak mengomentari cerita itu lantaran proses hukum yang sedang berlangsung.

Editor: Titis Nurdiana