Bukan rahasia lagi yang namanya suap dan sogokan menjadi hal lazim di negeri ini. Bahkan uang pelicin, boleh dibilang, menjadi bahasa transaksi kelancaran urusan di kelurahan hingga level kementerian. Lumrah pula kita dengar, izin usaha lebih lancar jika ada sogokan. Mau menang tender, "jatah preman" jangan pula dilupakan. Saking lazimnya, sampai-sampai kita terperangkap fatamorgana bahwa uang amplop bagian dari budaya kita. Tak mengherankan pula jika serial operasi tangkap tangan yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tiada berkesudahan ibarat episode opera sabun. Pekan lalu Bos A ditangkap karena menyogok bupati izin proyek properti. Tak lama berselang, giliran Tuan B dicokok KPK karena menyumpal politisi untuk urusan limbah sawit.
Bisa, kok, tanpa suap
Bukan rahasia lagi yang namanya suap dan sogokan menjadi hal lazim di negeri ini. Bahkan uang pelicin, boleh dibilang, menjadi bahasa transaksi kelancaran urusan di kelurahan hingga level kementerian. Lumrah pula kita dengar, izin usaha lebih lancar jika ada sogokan. Mau menang tender, "jatah preman" jangan pula dilupakan. Saking lazimnya, sampai-sampai kita terperangkap fatamorgana bahwa uang amplop bagian dari budaya kita. Tak mengherankan pula jika serial operasi tangkap tangan yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tiada berkesudahan ibarat episode opera sabun. Pekan lalu Bos A ditangkap karena menyogok bupati izin proyek properti. Tak lama berselang, giliran Tuan B dicokok KPK karena menyumpal politisi untuk urusan limbah sawit.