MOMSMONEY.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kemarin menyebutkan, Indonesia mengalami fenomena paparan radiasi sinar UV yang cukup tinggi dan ekstem. Lalu, apa bahaya sinar UV bagi manusia?
Apa itu sinar UV dari Matahari? Sebelum membahas soal bahaya sinar UV bagi manusia, ada baiknya Moms memahami apa itu sinar UV.
Radiasi sinar UV adalah bagian dari spektrum sinar Matahari yang sampai ke Bumi. Melansir laman BMKG, secara umum pita gelombang cahaya Matahari dibagi menjadi tiga bagian utama.
Pertama, sinar sinar ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang 100-400 nm.
Kedua, cahaya tampak atau cahaya yang terlihat oleh mata manusia pada panjang gelombong 400-700 nm.
Ketiga, sinar inframerah dengan panjang gelombang 700 nm-1 mm.
Baca Juga: Ini Indeks Sinar Ultraviolet alias UV Index untuk Menghitung Kadar Manfaat & Bahaya Nah, sinar UV merupakan bagian gelombang elektromagnetik dari energi radiasi Matahari. Radiasi Matahari yang menjangkau permukaan Bumi berada pada sekitar panjang gelombang 100 nm sampai 1 mm. Sinar UV berada pada pita gelombang 100-400 nm terbagi menjadi tiga: UV A pada panjang gelombang 315-400 nm, UV B pada panjang gelombang 280-325 nm, dan UV C pada panjang gelombang 100-280 nm. Pada saat memasuki lapisan atmosfer Bumi, hampir seluruh sinar UV C tertahan di lapisan ozon dan 90% sinar UV B diserap oleh ozon, uap air, dan gas lain yang ada di atmosfer. Sementara UV A sebagian besar dapat mencapai permukaan Bumi. Sehingga, dari total sinar UV yang dikandung radiasi Matahari, saat berada di permukaan Bumi terdiri dari UV A dengan sedikit UV B sekitar kurang dari 10%.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur Menjadi Halus Kembali, Coba yuk Apa yang menyebabkan banyaknya sinar UV di permukaan Bumi? Menurut BMKG, banyak faktor yang memengaruhinya. Mulai dari sudut sinar datang, semakin tegak maka semakin banyak mengandung sinar UV, hingga kadar lapisan ozon yang semakin banyak akan semakin baik menyaring sinar UV. Melansir laman
Farmaku, sinar Matahari adalah sumber radiasi UV alami terkuat. Departemen Kesehatan Amerika Serikat dan Organisasi Kesehatan DUnia (WHO) mengategorikan radiasi sinar UV sebagai karsinogen.
Apa bahaya terlalu banyak terpapar sinar UV Matahari? Karsinogen adalah zat, radiasi, dan radionuklida yang dapat menyebabkan karsinogesis atau terbentuknya sel kanker dalam tubuh manusia. Sehingga, terkena paparan radiasi sinar UV dalam waktu yang lama dan berlebihan dapat membuat seseorang berisiko terkena kanker kulit. Selain itu, sinar UV dalam kadar uang tidak ekstrem bisa menyebabkan sensasi kulit terbakar saat terkena panas sinar Matahari. Gejala kulit terbakar adalah kulit kemerahan, terasa gatal, perih, dan terkelupas. Sinar UV juga menyebabkan proses perubahan warna kulit menjadi lebih gelap. Adapun perubahan warna kulit menjadi lebih gelap pada manusia terjadi karena aktivitas kelenjar putriari yang menghasilkan hormon
Melanocyte-stimulating hormone. Hormon ini merangsang sebuah sel bernama melanosit untuk memproduksi melanin yaitu pigmen kulit yang menyerap dan melindungi kulit dari sinar UV.
Baca Juga: Harus Tahu! Inilah Bahan Skincare yang Tidak Boleh Digabung dengan AHA BHA Saat kulit terpapar sinar UV secara berlebihan, tubuh akan memproduksi banyak melanin. Semakin banyak melanin yang diproduksi maka akan semakin berbahaya bagi kesehatan dan menyebabkan kanker kulit. Sebab, pada akhirnya, sinar UV akan menyebabkan kerusakan pada kromosom dan mutasi DNA dalam tubuh. Akumulasi mutasi DNA yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu inilah yang menyebabkan seseorang terkena risiko kanker kulit.
Sinar UV yang terlalu besar juga dapat merusak mata khususnya orang yang memiliki pupil berwarna terang. Radiasi sinar UV dapat membuat mata terbakar, atau disebut dengan istilah fotokeratitis. Dalam jangka panjang, hal tersebut akan menyebabkan terkena katarak, kerusakan retina dan degenerasi makular yang menyebabkan kebutaan. Demikian bahaya dari paparan sinar UV dengan indeks yang cukup tinggi atau berada pada level berbahaya hingga ekstrem. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Benedicta Alvinta