Bisa terkoreksi setelah harga reli



JAKARTA. Harga komoditas logam sedang cerah. Para trader diperkirakan terus menambah pembelian pada komoditas logam industri. Namun, kenaikan ini bisa terhenti.

Stok timah di London Metal Exchange (LME) meningkat tajam kemarin (13/8). Stok logam industri ini naik 3,3% menjadi 14.205 ton.

Ini adalah kenaikan stok tertinggi sejak 3 April 2013. Peningkatan tajam stok ini bisa menahan laju harga timah yang terus menguat sejak awal Agustus. Hingga Senin (12/8), harga timah untuk pengiriman tiga bulan ke depan di LME sudah naik 8,33% sejak akhir Juli menjadi US$ 22.100 per ton.


Juni Sutikno, analis Philip Futures Indonesia menganggap, kenaikan harga timah ini karena data perekonomian China yang mulai pulih. Namun, Juni menyebut, masih ada beberapa sentimen yang akan menyeret harga timah. "Membaiknya pertumbuhan perekonomian China tidak mampu mendongkrak harga timah dalam negeri, karena melambatnya perekonomian Indonesia dan jumlah permintaan tidak sebanding dengan stok timah yang melimpah," ujar Juni.

Secara teknikal, indikator stochastic masuk area 89 bergerak ke atas, menunjukkan harga timah bisa terus turun. Relative strength index (RSI) di area overbought 78 cenderung negatif. Moving average (MA) 200 sudah menyentuh target dari bulan Mei, kemungkinan besar akan terkoreksi.

Di sisi lain, para trader komoditas logam masih bertaruh bahwa harga logam masih bullish. Hal ini tampak pada kenaikan open interest dan harga pada waktu yang bersamaan.

Open interest pada enam logam utama yang diperdagangkan di LME mencapai level tertinggi sejak 15 Juli. Bloomberg yang mengutip Macquarie Group Ltd mengatakan, kombinasi open interest yang lebih tinggi dan kenaikan harga menunjukkan prospek bullish di harga komoditas logam.

Juni memprediksi, harga timah bisa terkoreksi di kisaran US$ 21.880 - US$ 22.498 per ton dalam waktu dekat. Namun, Juni memperkirakan harga timah masih bisa menyentuh US$ 25.250 per ton hingga akhir tahun. Suluh Adil Wicaksono, analis Millenium Penata Futures justru memprediksi harga timah akan anjlok ke posisi US$ 17.100 per ton di akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati