KONTAN.CO.ID - DUBAI. Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter mengganggu rencana kelompok garis keras Iran yang menginginkannya menggantikan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Bahkan diprediksi, hal ini akan memicu persaingan di kubu mereka mengenai siapa yang akan mengambil alih posisi pemimpin Republik Islam ketika dia meninggal. Melansir Reuters, sebagai anak didik Khamenei yang naik pangkat dalam teokrasi Iran, Raisi, 63 tahun, secara luas dipandang sebagai kandidat utama untuk mengambil alih kepemimpinan Pemimpin Tertinggi yang berusia 85 tahun tersebut. Meskipun hal ini masih jauh dari kepastian dalam politik Iran yang tidak jelas. Kenaikan Raisi ke kursi kepresidenan adalah bagian dari konsolidasi kekuasaan di tangan kelompok garis keras yang berdedikasi untuk menopang pilar-pilar Republik Islam melawan risiko yang ditimbulkan oleh perbedaan pendapat di dalam negeri dan musuh-musuh kuat di wilayah yang bergejolak.
Bisikan Orang Dalam: Kematian Presiden Iran Bisa Picu Persaingan Suksesi Khamenei
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter mengganggu rencana kelompok garis keras Iran yang menginginkannya menggantikan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Bahkan diprediksi, hal ini akan memicu persaingan di kubu mereka mengenai siapa yang akan mengambil alih posisi pemimpin Republik Islam ketika dia meninggal. Melansir Reuters, sebagai anak didik Khamenei yang naik pangkat dalam teokrasi Iran, Raisi, 63 tahun, secara luas dipandang sebagai kandidat utama untuk mengambil alih kepemimpinan Pemimpin Tertinggi yang berusia 85 tahun tersebut. Meskipun hal ini masih jauh dari kepastian dalam politik Iran yang tidak jelas. Kenaikan Raisi ke kursi kepresidenan adalah bagian dari konsolidasi kekuasaan di tangan kelompok garis keras yang berdedikasi untuk menopang pilar-pilar Republik Islam melawan risiko yang ditimbulkan oleh perbedaan pendapat di dalam negeri dan musuh-musuh kuat di wilayah yang bergejolak.