Bisnis Acset belum terpengaruh Rupiah



JAKARTA. Nilai tukar rupiah yang loyo belakangan ini berimbas ke jasa konstruksi. Namun, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mengklaim kondisi bisnisnya belum berpengaruh kondisi rupiah.

Agustinus Hambadi, Direktur Keuangan PT Acset Indonusa Tbk menjelaskan, sejauh ini, pihaknya masih bisa mengatasi hal tersebut. "Biasanya, material bangunan kami terima dari pemilik proyek. Sejauh ini, dampaknya belum terasa karena pelemahan rupiah baru terjadi dalam dua minggu terakhir," ujar Agus, Senin (9/9).

Selain itu, perusahaan ini pun masih akan tetap menjalankan ekspansi bisnis lainnya. Asal tahu saja, Acset berniat membentuk anak usaha baru yang khusus menjalankan bisnis penyewaan alat berat.


Berdasarkan keterbukaan informasi, emiten yang baru saja melantai di bursa ini telah menganggarkan dana sebesar Rp 27,79 miliar untuk belanja modal tahun ini. Dana tersebut berasal dari hasil initial public offering (IPO) yang berhasil diraup perusahaan sebesar Rp 241,85 miliar.

Belanja modal yang telah dianggarkan ACST tersebut akan digunakan untuk membeli sejumlah alat berat guna mendukung bisnis anak usaha barunya.

Adapun hingga saat ini, dari belanja modal yang telah dianggarkan, perusahaan itu telah merealisasikan dana sebesar Rp 5,77 miliar untuk membeli 12 unit alat berat. Beberapa jenis alat berat yang telah dibeli Acset antara lain crawler crane dan rotary drilling rig.

Lebih lanjut, Agustinus menjelaskan, sisa belanja modal akan tetap dipakai untuk membeli alat berat. Namun, mengingat kondisi ekonomi yang belum stabil, manajemen perusahaan belum bisa memastikan jumlah unit alat berat yang akan dibeli. "Kami akan beli alat berat jenis tower crane dan formwork. Namun jumlahnya masih belum kami tentukan karena harga yang berbeda," jelasnya.

Menurut Agustinus, kontrak baru yang Acset dapatkan di Agustus 2013 tidak sebagus Juli 2013 akibat terpotong libur Lebaran. Sampai Juli 2013, Acset meraup kontrak Rp 1,3 triliun atau 86,67% dari target raihan kontrak baru tahun ini yang mencapai Rp 1,5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan