KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA) diramal akan solid tahun ini. Salah satu pendorongnya adalah bisnis distribusi bahan bakar minyak (BBM) yang diyakini akan tumbuh, didorong permintaan yang solid dari segmen pertambangan. Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menilai, permintaan dari sektor pertambangan akan tetap menjadi penggerak utama bisnis distribusi BBM milik AKRA tahun ini. Kinerja bisnis BBM ini diperkirakan bertumbuh, dengan volume penyaluran naik sekitar 5% secara tahunan dengan spread margin yang dipertahankan di kisaran Rp 900 per liter.
Baca Juga: AKR Corporindo (AKRA) Targetkan Laba Bersih Naik 15% Tahun Ini Hasan memperkirakan harga minyak mentah akan turun menjadi US$ 85 per barel pada tahun ini. Dia memperkirakan pendapatan AKRA dari segmen distribusi BBM akan berada di kisaran Rp 26 triliun untuk tahun ini. Dia juga berekspektasi adanya pertumbuhan yang moderat dalam pendapatan segmen bahan kimia AKRA, yakni sebesar Rp 6 triliun atau hanya tumbuh 3% secara tahunan. Analis MNC Sekuritas Andrew Sebastian Susilo menyebut, AKRA diuntungkan seiring dengan pertumbuhan sektor industri migas, perluasan stasiun pengisian bahan bakar minyak (BBM) BP-AKR, dan ditunjang dengan proyeksi pertumbuhan perekonomian sebesar 4,7% di 2023. Menurut Andrew, dengan pelonggaran kebijakan zero-covid China dan pengurangan produksi OPEC+ sebesar 2 million barrel oil per equivalent per day (MBOPED), permintaan minyak diproyeksikan meningkat pada tahun ini, dengan harga minyak yang diperkirakan akan normal kembali, namun masih berada di atas harga pra-pandemi. MNC Sekuritas menyematkan rating
overweight pada sektor minyak dan gas (Migas), dengan merekomendasikan beli saham AKRA dengan target harga Rp 1.700. AKRA merupakan salah satu emiten yang menjadi top picks di sektor migas. Hasan Juga menyematkan rekomendasi beli saham AKRA dengan target harga Rp1.800.
Baca Juga: AKR Corporindo (AKRA) Targetkan Penjualan Lahan Hingga 75 Ha di Tahun 2023 “Kami menyukai model bisnis AKRA karena daya tahan AKRA yang kokoh di tengah normalisasi harga minyak,” kata Hasan. Tahun ini, AKRA diproyeksi membukukan pendapatan senilai Rp 40,74 triliun dengan laba bersih Rp 2,33 triliun. Hanya saja, risiko terhadap rekomendasi ini diantaranya penjualan lahan di Kawasan Industri Java Integrated Industrial Port Estate (JIIP) yang lebih rendah, harga jual rata-rata alias
average selling price (ASP) bahan kimia yang lebih rendah, dan persaingan bisnis BBM yang lebih ketat sehingga dapat menyebabkan spread margin menurun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi