Permintaan aksesori dan pernak-pernik dari keramik tanah liat semakin meningkat. Walau pasarnya masih terbatas di kota-kota besar, banyak perajin optimistis bisnis ini akan semakin berkembang. Mudahnya promosi lewat internet menjadi salah satu faktor pendorong maraknya bisnis aksesori dari tanah liat.Tanah liat bisa menjadi aneka kerajinan dan aksesori yang mampu menarik konsumen. Tengok saja pengalaman Antin Sambodo yang memulai membuat aksesori dari keramik tanah liat sejak tahun 2000. Jika dulu, ia membuat aksesori sendiri, saat ini, ia sudah memiliki tiga pegawai di bidang produksi dan dua orang sebagai tenaga penjual. "Permintaan terus naik, " ujarnya. Bahkan, saat ini, dia juga sudah memiliki empat gerai di Jakarta dan Tangerang bernama Jinjit Pottery. Gerai-gerai itu menjual berbagai macam aksesori seperti hiasan dinding, meja ular tangga, mug, kalung, gelang, cincin, anting, dan magnet. Produk kerajinan itu dijual mulai Rp 10.000 hingga Rp 900.000 per item. Dari bisnis ini, Antin mengumpulkan omzet Rp 15 juta per bulan dengan konsumen di Jabodetabek dan Bandung. Untuk memperluas pasar, Antin juga pernah membawa produknya ke Sumatera. "Cuma responnya kurang bagus," katanya. Sebagai kebutuhan sekunder, aksesori lebih banyak diminati di kota-kota besar Jakarta dan Bandung. Produk yang paling banyak dicari adalah kalung dan gelang.Ia yakin, bisnisnya akan terus berkembang karena tren aksesori keramik semakin meningkat. Jika pada awal usaha omzetnya turun naik, saat ini, jauh lebih stabil. Mudahnya promosi via internet membuat bisnis semakin lancar. "Memang saya belum menjual online, namun untuk informasi udah ada blog," ujarnya. Erni Fitri, perajin aksesori keramik asal Semarang mengatakan, kenaikan permintaan produk terjadi 5 tahun belakangan. "Kebanyakan pembeli dari kalangan menengah atas," ujarnya. Memulai usaha sejak tujuh tahun lalu, awalnya, Erni hanya bisa menjual sekitar 100 item per bulan. Sekarang, dia sudah bisa menjual minimal 250 item per bulan. Lewat Karya Cipta Gemilang, omzet mencapai Rp 8 juta per bulan. Mungilnya omzet yang didapat karena Erni hanya fokus pada pernak-pernik ringan seperti gelang, kalung dan gantungan kunci.Terbuat dari tanah liat, pasokan lempung harus berasal dari dari daerah dataran tinggi. Sebelum dibentuk, tanah akan dibakar dalam suhu minimal 600 derajat C hingga berbentuk bubuk berwarna abu-abu. Proses pembuatannya, bubuk tanah liat hasil pembakaran direndam dalam air selama seminggu sampai air meresap. Kemudian, tanah dianginkan hingga cukup keras untuk diolah.Pembentukan aksesori dengan teknik pemijatan dan giling atau dengan throwing atau meja putar. Bila pembentukan selesai, tanah liat bisa diukir sesuai keinginan. Kemudian, aksesori dikeringkan dengan menjemurnya di bawah panas matahari. Setelah kering, aksesori dibakar di suhu 900 derajat Celcius selama 5 jam. "Seluruh proses bisa memakan waktu sampai dua minggu," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bisnis aksesori tanah liat makin menggeliat saja
Permintaan aksesori dan pernak-pernik dari keramik tanah liat semakin meningkat. Walau pasarnya masih terbatas di kota-kota besar, banyak perajin optimistis bisnis ini akan semakin berkembang. Mudahnya promosi lewat internet menjadi salah satu faktor pendorong maraknya bisnis aksesori dari tanah liat.Tanah liat bisa menjadi aneka kerajinan dan aksesori yang mampu menarik konsumen. Tengok saja pengalaman Antin Sambodo yang memulai membuat aksesori dari keramik tanah liat sejak tahun 2000. Jika dulu, ia membuat aksesori sendiri, saat ini, ia sudah memiliki tiga pegawai di bidang produksi dan dua orang sebagai tenaga penjual. "Permintaan terus naik, " ujarnya. Bahkan, saat ini, dia juga sudah memiliki empat gerai di Jakarta dan Tangerang bernama Jinjit Pottery. Gerai-gerai itu menjual berbagai macam aksesori seperti hiasan dinding, meja ular tangga, mug, kalung, gelang, cincin, anting, dan magnet. Produk kerajinan itu dijual mulai Rp 10.000 hingga Rp 900.000 per item. Dari bisnis ini, Antin mengumpulkan omzet Rp 15 juta per bulan dengan konsumen di Jabodetabek dan Bandung. Untuk memperluas pasar, Antin juga pernah membawa produknya ke Sumatera. "Cuma responnya kurang bagus," katanya. Sebagai kebutuhan sekunder, aksesori lebih banyak diminati di kota-kota besar Jakarta dan Bandung. Produk yang paling banyak dicari adalah kalung dan gelang.Ia yakin, bisnisnya akan terus berkembang karena tren aksesori keramik semakin meningkat. Jika pada awal usaha omzetnya turun naik, saat ini, jauh lebih stabil. Mudahnya promosi via internet membuat bisnis semakin lancar. "Memang saya belum menjual online, namun untuk informasi udah ada blog," ujarnya. Erni Fitri, perajin aksesori keramik asal Semarang mengatakan, kenaikan permintaan produk terjadi 5 tahun belakangan. "Kebanyakan pembeli dari kalangan menengah atas," ujarnya. Memulai usaha sejak tujuh tahun lalu, awalnya, Erni hanya bisa menjual sekitar 100 item per bulan. Sekarang, dia sudah bisa menjual minimal 250 item per bulan. Lewat Karya Cipta Gemilang, omzet mencapai Rp 8 juta per bulan. Mungilnya omzet yang didapat karena Erni hanya fokus pada pernak-pernik ringan seperti gelang, kalung dan gantungan kunci.Terbuat dari tanah liat, pasokan lempung harus berasal dari dari daerah dataran tinggi. Sebelum dibentuk, tanah akan dibakar dalam suhu minimal 600 derajat C hingga berbentuk bubuk berwarna abu-abu. Proses pembuatannya, bubuk tanah liat hasil pembakaran direndam dalam air selama seminggu sampai air meresap. Kemudian, tanah dianginkan hingga cukup keras untuk diolah.Pembentukan aksesori dengan teknik pemijatan dan giling atau dengan throwing atau meja putar. Bila pembentukan selesai, tanah liat bisa diukir sesuai keinginan. Kemudian, aksesori dikeringkan dengan menjemurnya di bawah panas matahari. Setelah kering, aksesori dibakar di suhu 900 derajat Celcius selama 5 jam. "Seluruh proses bisa memakan waktu sampai dua minggu," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News