Bisnis alat berat menjadi sumber cuan baru PTPP



JAKARTA. Setelah sempat woro-woro tahun lalu, PT Pembangunan Perumahan Tbk (PP)  akhirnya merealisasikan akuisisi perusahaan penyedia alat berat, yakni PT Prima Jasa Aldodua (PJA). Perusahaan jasa konstruksi plat merah mengambil alih 99,98% saham Yayasan Kesejahteraan Karyawan Pembangunan Perumahan (YKKPP) di PJA. Aksi ini menelan biaya Rp 43,44 miliar.

Bagi perusahaan berkode PTPP di Bursa Efek Indonesia ini, aksi akuisisi PJA sekaligus menandai kiprah barunya di bisnis alat berat. Lini bisnis ini akan menggenapi empat lini bisnis yang telah dimiliki sebelumnya, yakni jasa kontruksi, engineering procurenment construction (EPC), realti dan properti.

Tak sekadar menambah daftar portofolio, PTPP meyakini aksi korporasinya tak sia-sia. "Selagi pekerjaan konstruksi masih banyak, maka bisnis persewaan alat berat masih cukup berpeluang," kata Taufik Hidayat, Corporate Secretary PTPP kepada KONTAN, (11/6).


Lantaran juga bergelut di sektor konstruksi itulah, PTPP mengaku akan lebih banyak memanfaatkan bisnis barunya ini untuk keperluan internal. Gambaran Taufik, hingga 60%.

Barulah sisanya akan disewakan kepada perusahaan lain. Sayangnya, perusahaan ini belum mau berbagi detil siapa saja rekanan yang diincar yang bakal menggunakan jasa alat berat PJA.

Yang jelas, PTPP mengklaim tak perlu menunggu lama untuk menuai hasil dari dari kinerja PJA. Per Juni hingga akhir 2014, perusahaan ini memperkirakan bisa meraup pendapatan Rp 60 miliar dari bisnis penyediaan alat berat. "Akhir tahun ini dari alat berat akan berkontribusi pendapatan," terang Taufik.

Namun, target pendapatan dari bisnis alat berat tersebut sebenarnya belum seberapa jika dibandingkan dengan target PTPP tahun ini. Di pemberitaan KONTAN sebelumnya, manajemen PTPP pernah menyebutkan akan mengejar target pendapatan Rp 16 triliun di 2014. Kalau dihitung, berarti target pendapatan alat berat cuma 0,38% dari total target kinerja tahun ini.

Secara historikal, dari empat lini bisnis yang  sudah ada, bisnis konstruksi menjadi kontributor pendapatan terbesar. Melongok kinerja keuangan teranyar, yakni kuartal I-2014 misalnya, bisnis jasa kontrsuksi menyumbang Rp 1,75 triliun dari total pendapatan Rp 1,99 triliun.

Menyusul pendapatan dari bisnis EPC sebesar Rp 190,38 miliar. Lantas, dua bisnis tersisa yakni realti dan properti masing-masing menyumbang pendapatan Rp 42,52 miliar dan Rp 14,29 miliar.

Sekadar informasi, selain YKKPP yang semula memegang saham mayoritas sebesar 99,98%, sebanyak 0,02% saham PJA dimiliki seseorang bernama Betty Ariana.

PTPP tak lain adalah pendiri YKKPP. YKKPP ini didirikan dengan tujuan untuk menyejahterakan karyawan PTPP.

Sementara PJA, selain bergerak di bisnis penyediaan alat berat, juga bergerak di bidang perdagangan, ekspor, impor, pembangunan, pengangkutan, industri, pertanian, perkebunan hingga perbengkelan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina