Bisnis asuransi bisa angkat kinerja BBKP



JAKARTA. PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) berencana mengakuisisi satu perusahaan asuransi. Nantinya, BBKP akan memiliki 50% saham di calon anak usaha tersebut.

Manajemen Bukopin mengatakan, proses akuisisi tinggal menunggu persetujuan pemegang otoritas dan kesepakatan dengan penjual. Meski belum mengumumkan secara resmi perusahaan dimaksud, proses akuisisi akan berlangsung awal tahun ini.

Analis Ciptadana Sekuritas, Syaiful Adrian menilai, rencana akuisisi itu cukup strategis menjaga pendapatan berkelanjutan perusahaan. Diversifikasi usaha perlu karena bisnis inti perbankan semakin tidak menarik. Pasalnya, suku bunga acuan perbankan terus menurun.


"Bisnis asuransi bisa meningkatkan pendapatan perusahaan di luar bunga kredit," tutur Syaiful. Prospek bisnis asuransi jiwa, menurut dia, cukup menarik. Sebab, kebutuhan akan produk ini berpotensi tumbuh.

Selain itu, Syaiful menambahkan, persaingan bisnis di segmen usaha kecil dan menengah cukup ketat. Bukopin harus melawan kompetitor raksasa seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk.

Namun, menurut Analis Bahana Securities, Teguh Hartanto, bisnis asuransi tidak akan serta merta meningkatkan pendapatan Bukopin. Bisnis asuransi akan berdampak dalam jangka panjang. Apalagi, nasabah asuransi di Indonesia sangat kecil dibandingkan jumlah penduduk.

Modal mini

Tapi, Bukopin bisa terkendala terkait aturan Bank Indonesia (BI) tentang perizinan berjenjang. Bukopin masuk dalam kategori BUKU II alias bank umum yang memiliki modal inti di bawah Rp 5 triliun. Ini bisa membatasi ekspansi Bukopin.

Meski demikian, Analis Indo Premier Securities, Agus Pramono, yakin BBKP bisa menyelesaikan akuisisi itu. Dalam risetnya, Agus memprediksi, modal inti BBKP akan naik sebelum aturan diimplementasikan pada Juni 2014. Hitungan Syaiful, pada 2013 modal inti Bukopin akan mencapai Rp 5,7 triliun.

Selain itu, Agus memberi catatan akan tingkat loan to deposit ratio (LDR) Bukopin yang mencapai 88%-90%. Bagi bank skala besar, tingkat LDR ini tergolong kecil. Tapi, menurut Agus, bagi Bukopin dengan modal yang kecil ini bisa menimbulkan risiko. "Bisa berbahaya jika ada nasabah besar menarik simpanannnya," ujar dia.

Agus memprediksi, Bukopin akan melakukan capital rising dengan rights issue. Ini bisa terjadi dalam waktu dekat. Dia beralasan, bank ini sangat membutuhkan peningkatan modal agar masuk dalam kategori BUKU III. "Ini penting agar Bukopin bisa lebih bebas menjalankan operasi bisnis," tutur dia.

Karena itu, para analis masih merekomendasikan beli saham BBKP. Syaiful menargetkan, saham BBKP bisa ke Rp 810 per saham. Di menghitung, harga saham itu mencerminkan price to book value (PBV) 0,9 kali di tahun 2013. Ini lebih rendah dari PBV PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) sebesar 1,5 kali.

Agus memasang target harga BBKP di Rp 790, mencerminkan PBV 0,8 kali. Teguh memasang target harga Rp 750 dengan PBV 1 kali. Kemarin, harga saham BBKP stagnan di Rp 650 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana