Bisnis asuransi mikro makin seksi



JAKARTA. Bisnis asuransi mikro kian menjanjikan. Meski pendapatan premi yang dikantongi hanya secuil, ceruk pasar perlindungan risiko jiwa bagi masyarakat berpenghasilan rendah tersebut masih besar. PT Sun Life Financial Indonesia (SLFI), misalnya mengklaim tengah berancang-ancang untuk masuk dalam bisnis asuransi mikro. “Kami membuka peluang dan mencari rekanan, seperti bank dan pembiayaan mikro sebagai mitra,” ujar Country Manager SLFI Bert Paterson ditemui KONTAN, akhir pekan ini. Sebetulnya, Bert menjelaskan, niat tersebut tak terlepas dari masih besarnya potensi pasar untuk mengembangkan asuransi mikro di Indonesia. Mengingat, penetrasi produk asuransi di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah masih mini, sementara, pelaku usaha sektor mikro ini tak sedikit. Namun hingga kini pihaknya belum melakukan kajian khusus untuk merilis produk asuransi mikro. Dia juga belum bisa memastikan realisasinya. Hal ini karena prioritas perusahaan fokus untuk pengembangan unit usaha syariahnya yang baru digeluti akhir tahun lalu. Setelah studi dilakukan serta pembiayaan mikro dirangkul sebagai mitra, perusahaan bakal lebih percaya diri untuk menekuni aktivitas usaha asuransi mikro ini. “Kemungkinan, tidak dalam waktu dekat ini. Karena, prioritas perusahaan masih untuk pengembangan syariah, dan jalur distribusi,” imbuh Bert. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) lebih semangat mengisi ceruk ini. Tahun depan, perusahaan asuransi pelat merah ini menargetkan pertumbuhan pendapatan premi dari asuransi mikro sedikitnya 100%. Tengok saja, dari total pendapatan premi kuartal ketiga tahun ini sebesar Rp 3,7 triliun, sebanyak 30%-35% atau belum menembus Rp 200 miliar berasal dari lini usaha asuransi mikro. “Diharapkan, tahun depan menjadi Rp 300 miliar – Rp 400 miliar,” tegas Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman Rachim. Menurut Hendrisman, pertumbuhan ekonomi nasional yang kuat menjadi alasan utama meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah. Mengoptimalkan segala jalur distribusi pemasaran yang dimiliki dengan menjajal pemasaran produk lewat kanal distribusi telemarketing (sambungan telepon), termasuk kanal distribusi bancassurance alias pemasaran produk asuransi lewat kerja sama dengan bank mitra menjadi beberapa langkah Jiwasraya ke depan. Selama ini Jiwasraya mengandalkan pendapatan premi dari distribusi kantor cabang yang porsinya mencapai 60%. Sisanya, ditopang oleh bancassurance sebanyak 20%, dan jalur distribusi lain. Sayang, strategi pemasaran ini dianggap sudah tidak ampuh lagi tecermin dari melambatnya pertumbuhan premi. Cara lain, Hendrisman menambahkan, menerbitkan produk baru untuk pasar asuransi mikro. Misalnya, dengan mekanisme voucher. “Andalan kami di segmen ini adalah health care, credit life.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini