KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan mulai aktifnya kegiatan ekonomi, termasuk usaha transportasi laut, nampaknya ikut menggerakkan kinerja salah satu lini bisnis asuransi yakni asuransi rangka kapal (
marine hull). Sebagai gambaran, berdasarkan laporan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), pendapatan premi asuransi umum di semester I/2021 meningkat 2,05% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 38,54 triliun. Sementara, pendapatan premi asuransi rangka kapal tumbuh 7,1% yoy menjadi Rp 1,14 triliun. AAUI memprediksi, premi asuransi rangka kapal secara industri masih akan tumbuh hingga akhir tahun bahkan akan berlanjut hingga tahun depan. Hal tersebut sudah terlihat dari kenaikan pendapatan premi sektor itu di sepanjang tahun ini.
Direktur Eksekutif AAUI Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengatakan, kenaikan premi asuransi marine hull ditopang aktivitas pengangkutan yang sangat mempengaruhi asuransi pengangkutan, terutama kegiatan pelayaran. Dody menjelaskan, berdasarkan informasi hasil forum group discussion (FGD) yang dilakukan Kementerian Perhubungan (Direktorat Perhubungan Laut), pemerintah mulai membuat regulasi untuk industri maritim, khususnya pengadaan kapal, baik kapal perintis, pelayaran rakyat, maupun kapal-kapal besar.
Baca Juga: Tahun ini, kinerja asuransi rangka kapal milik Jasindo tumbuh signifikan Hal ini dimaksudkan agar industri maritim semakin maju mengingat kondisi geografis Indonesia. Oleh karena itu potensi-potensi risiko yang dapat menjadi kendala ekonomis untuk usaha perkapalan dapat dimitigasi, salah satunya dengan skema asuransi. "Ini dapat mendorong lini bisnis asuransi rangka kapal (marine hull insurance) berpotensi tumbuh," ungkap Dody kepada kontan.co.id, Senin (29/11). Dody menerangkan, asuransi rangka kapal berbeda dengan asuransi kendaraan. Kalau pada asuransi kendaraan, tertanggung banyak yang memiliki trigger untuk membeli polis asuransi, terutama jika kendaraan dibeli melalui lembaga pembiayaan. Berbeda dengan asuransi rangka kapal. Oleh karena itu, regulasi pemerintah akan dapat mendorong perlunya asuransi bagi industri maritim. Sejauh ini regulasi yang sudah ada, mulai dari UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, peraturan pemerintah hingga peraturan menteri yang sudah mendorong mitigasi risiko ke asuransi. Industri asuransi umum pun mengharapkan dengan mulai aktifnya kegiatan ekonomi di pelaku uasaha, termasuk usaha transportasi laut akan dapat mendorong tumbuhnya asuransi rangka kapal, meskipun kontribusi
marine hull insurance masih kecil dari total premi asuransi umum yaitu sekitar 3%. "Kami memproyeksikan, kontribusi premi asuransi umum di tahun 2021 masih diperoleh dari asuransi harta benda dan asuransi kendaraan bermotor," ujar Dody. Menurutnya, yang lebih diutamakan dalam pertanggungan asuransi rangka kapal ini adalah bagaimana manajemen risiko diterapkan oleh pemilik dan pengoperasian kapal tersebut, termasuk ketentuan tentang pemeliharaan, safety, dan lain-lain. "Hal ini dapat mengurangi potensi kerugian dalam proses pengoperasian kapal," katanya. Kenaikan kinerja pada lini bisnis asuransi rangka kapal pun dirasakan oleh salah satu pemain asuransi yakni PT Asuransi Jasa Indonesia atau Asuransi Jasindo yang memiliki produk asuransi rangka kapal atau marine hull. Jasindo mencatatkan pertumbuhan premi bruto asurasnsi rangka kapal yang signifikan yaitu sebesar 87% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 346,67 miliar per September 2021. Sebagai perbandingan, pada periode sama tahun lalu, premi bruto lini ini hanya Rp 185,56 miliar. Perolehan hasil underwriting netto juga menunjukkan kinerja positif dengan mencatatkan perolehan sebesar Rp 89,74 miliar atau naik 125% dibanding hasil underwriting netto periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 39,78 miliar. Sementara, untuk penyelesaian klaim tercatat adanya penurunan dari Rp 83,82 miliar menjadi Rp 42,17 miliar. Cahyo Adi, Sekretaris Perusahaan Asuransi Jasindo mengatakan, dari 5
sub class of business, yang menopang asuransi rangka kapal, yaitu hull & machinery, protection & indemnity, wreck removal, builder risk dan single voyage, tercatat hull & machinery insurance sebagai penyumbang premi terbesar dengan porsi 91% dari total premi bruto. Disusul dengan protection & indemnity yang memiliki kontribusi sebesar 6,7% "Perolehan hasil positif ini tidak lepas dari kolaborasi dan koordinasi antar lini yang berkesinambungan baik dalam proses pemasaran produk, pemilihan risiko, pengelolaan klaim dan recovery serta penempatan risiko di reasuransi facultative maupun treaty," kata Cahyo. Menurutnya, pelaksanaan hal-hal tersebut secara konsisten dan dengan didukung oleh iklim kemaritiman yang semakin kondusif diharapkan dapat menjaga tren positif pertumbuhan premi dan hasil underwriting asuransi rangka kapal Asuransi Jasindo hingga akhir tahun 2021. PT Asuransi Bintang Tbk juga mengaku, lini bisnis asuransi kerangka kapal (marine hull) di Asuransi Bintang sampai dengan Oktober 2021 meningkat 83%. Direktur Asuransi Bintang Reniwati Darmakusumah mengatakan, pertumbuhan pada lini bisnis ini membantu subsidi silang atas lini kendaraan bermotor yang masih belum tumbuh di market.
"Sampai akhir tahun kami memproyeksikan lini bisnis asuransi marine hull bisa bertumbuh sekitar 85%-90% dibanding tahun sebelumnya," kata Reni. Untuk menjaga kinerja pada lini bisnis ini dan menjaga keseimbangan portfolio perusahaan, Asuransi Bintang akan tetap menjaga portfolio dari lini binis ini dengan terus mengembangkan lini bisnis lainnya. Perusahaan asuransi ini menargetkan di tahun depan dapat mencatatkan pertumbuhan pada lini bisnis ini sekitar Rp 85 miliar - Rp 90 miliar.
Baca Juga: Asuransi rangka kapal Jasindo melesat 87% per September 2021 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat