KONTAN.CO.ID - Bisnis industri asuransi umum belum bergairah di tahun ini. Kondisi ekonomi yang lesu serta menurunnya daya beli masyarakat menjadi penyebab utama. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga tujuh bulan tahun ini, premi bruto asuransi umum menyusut 5,35% menjadi Rp 30,52 triliun. Imbasnya, laba asuransi umum juga turun menjadi Rp 2,9 triliun dari Rp 3,45 triliun. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor mengatakan, penurunan kinerja tersebut karena bisnis asuransi properti dan kendaraan yang melambat. Padahal dua lini bisnis tersebut menyumbang 50% dari total premi.
Julian memperkirakan, bisnis asuransi properti di kuartal III tahun ini flat dan baru meningkat di kuartal IV. "Ada properti Meikarta, kalau fisiknya sudah jadi pada 2019 bisa jadi angin segar untuk bisnis asuransi properti," kata dia. Efek penjualan kendaraan bermotor di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017 juga belum berpengaruh pada perolehan premi Juli 2017. Dan baru berefek pada bulan berikutnya yakni Agustus 2017. AAUI optimistis bisnis asuransi umum akan bergairah di kuartal III dan IV. Sejumlah proyek infrastruktur yang digeber pemerintah yang mendongkrak premi. "Jika pertumbuhan ekonomi sesuai proyeksi kami optimistis pertumbuhan asuransi umum tumbuh 10% di tahun ini. Kalau tidak, masih di bawah 10%," tambah Julian. Sejumlah asuransi memang masih bisa mencatatkan pertumbuhan bisnis. Misal, PT Asuransi Wahana Tata (Aswata) yang preminya naik 7%-8% di periode ini dengan nominal lebih dari Rp 1 triliun. Presiden Direktur Aswata Christian Wanandi yakin, bisa mengejar target perolehan premi Rp 2 triliun di tahun ini. Jalur keagenan menyumbang 15% dari total premi Aswata. Lalu bancassurance 20%-25% serta sisanya broker, direct dan multifinance. "Produk kami terbesar dari asuransi properti dan kendaraan," kata Christian. Guna mengejar target, Aswata akan menambah agen. "Tahun ini kami menargetkan naik 20% dari akhir Desember 2017," ujar Christian. Hingga akhir Juli 2017, perusahaan ini memiliki 600 agen, bertambah 100 agen dari akhir 2016.
PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia pun yakin bisa mengerek premi 17% di tahun ini menjadi Rp 1 triliun. Hingga Juli 2017, Cakrawala Proteksi membukukan premi Rp 637 miliar. Wakil Direktur Utama Cakrawala Proteksi Nicolaus Prawiro Cakrawala Proteksi mengaku akan menambah rekanan bisnis dari multifinance, agen atau broker. "Kami juga mengoptimalkan kantor layanan kami agar dapat menggarap sektor ritel," ujar dia. Produk asuransi kendaraan bermotor menyumbang 42% total premi Cakrawala. Sisanya berasal dari produk asuransi kebakaran, pengangkutan, asuransi kapal dan asuransi rekayasa. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia