Bisnis asuransi umum masih seret



JAKARTA. Kuartal pertama tahun ini sepertinya masih jadi periode yang cukup berat bagi pelaku usaha asuransi umum. Perolehan premi yang didapat oleh sejumlah perusahaan dinilai belum memuaskan.

PT Asuransi Adira Dinamika alias Adira Insurance menjadi salah satu pemain asuransi umum yang masih mengalami kesulitan di tiga bulan pertama tahun ini. Direktur Utama Adira Insurance Indra Baruna menyebut sampai bulan Maret, premi yang didapat perusahaannya masih mengalami tren yang kurang menggembirakan.

Menurut dia, per triwulan pertama 2017 jumlah premi yang masuk ke kantong Adira Insurance mencatatkan penurunan sebesar 4% secara year on year. "Jumlahnya mencapai sekitar Rp 500 miliar," kata dia baru-baru ini.


Permintaan kendaraan bermotor yang belum banyak bergerak ke arah yang diharapkan disebutnya sebagai biang keladi masih belum bangkitnya kinerja perseroan. Maklum saja, porsi premi dari lini bisnis asuransi kenadaraan disebutnya masih mendominasi portofolio bisnis Adira Insurance.

Indra bilang dampak negatif dari memblenya pasar otomotif mulai terlihat sejak tahun 2013 lalu. Meski sudah terlihat selama beberapa tahun, namun ia menilai pelaku usaha belum sepenuhnya paham tentang penyebab penurunan ini. Apakah karena memang terkait daya beli atau disebabkan pasar yang sudah menyentuh titik jenuh.

Melihat tren yang masih belum memuaskan ini, dia bilang perusahaannya mau tak mau harus memutar otak untuk menggenjot lini bisnis lain. Tapi hal ini pun bukan perkara mudah karena kondisi ekonomi makro pun belum sepenuhnya tumbuh cukup signifikan.

Walaupun di periode tiga bulan pertama masih mencatatkan penurunan premi, rupanya Adira Insurance masih mempertahankan optimisme untuk melewati 2017 ini. Diantaranya karena saat memasuki bulan Maret, ia mengklaim sudah melihat tren peningkatan penjualan.

Selain itu, perseroan juga masih menyimpan harapan dengan perbaikan kondisi ekononomi yang lebih signifikan di paruh kedua 2017. Hal ini akan makin mendukung siklus tiap semester II tahunan yang biasanya diwarnai denyut bisnis yang lebih kencang. "Termasuk dari renewal yang biasanya masuk di November dan Desember," ungkapnya.

Makanya, Indra masih yakin bisa mengejar target premi sebesar Rp 2,5 triliun sepanjang tahun ini. Jumlah ini lebih tinggi sekitar 25% dari capaian perseroan di tahun 2016 kemarin yang sebesar Rp 2,05 triliun.

Pemain asuransi lain, PT Asuransi Binagriya Upakara mampu mencatatkan pertumbuhan premi di kuartal pertama tahun ini. Namun, kenaikan premi yang dicatatkan perseroan baru mencapai 6,2% secara year on year.

Direktur Utama Binagriya Dadang Sukresna mengatakan sampai bulan Maret kemarin, pihaknya mengumpulkan premi sekita Rp 34,5 miliar. Secara umum, ia menilai kondisi di awal tahun ini memang belum cukup bersahabat bagi industri ini. "Tantangannya masih cukup besar," ungkapnya.

Namun toh Binagriya masih mempertahankan target pertumbuhan premi tahun ini sebesar 20% dari capaian tahun lalu yang sekitar Rp 136 miliar. Ia meniali prospek di sisa tahun ini masih cukup besar, diantaranya dengan sejumlah proyek properti yang mulai masuk tahap akhir.

Sementara PT Asuransi Wahana Tata alias Aswata mencatatkan pertumbuhan premi di kisaran 10% di triwulan pertama tahun ini menjadi sekira Rp 370 miliar. Meski begitu Presiden Direktur Aswata Christian wanandi menilai capaian di tiga bulan pertama tahun ini belum terlalu memuaskan.

Ke depan, ia memperkirakan pertumbuhan bisnis bisa lebih baik lagi. Diantaranya dari pengaruh positif kenaikan beberapa tarif premi di asuransi properti dan kendaraan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia