KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS) dinilai cukup cerah. Apalagi, kini BRIS merupakan bank syariah terbesar di Indonesia. Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menilai, permodalan BRIS pasca merger dengan Mandiri Syariah dan BNI Syariah terlihat semakin kuat. Kini, BRIS masuk menjadi bank terbesar ke-7 dari sisi aset dan 10 besar dari sisi pendapatan terbesar pada semester pertama tahun ini. Dengan merger tersebut, profitabilitas BRIS juga meningkat signifikan. Dengan demikian, boleh dibilang sampai sejauh ini proses sinergi telah berhasil.
Yang tak kalah penting, dengan aksi merger menjadikan BRIS pemain terbesar bank syariah di tanah air. Dalam catatan Kontan.co.id, BRIS membukukan laba bersih sebesar Rp 1,48 triliun pada semester I-2021 atau naik 34,29% secara
year on year (yoy).
Baca Juga: Konsumsi Rumah Tangga Bepotensi Pulih, Saham Bank dan Barang Konsumsi Bisa Dilirik “Secara fundamental, tentu BRIS sangat menarik apalagi jika melihat potensi pertumbuhannya,” ungkap dia ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/9).
Secara historis, Alfred menyebut bisnis perbankan syariah mampu memberikan pertumbuhan yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan bank konvensional, bahkan di masa pandemi. Ke depannya, ia melihat pertumbuhan bisnis perbankan syariah di Indonesia masih sangat besar jika melihat faktor demografi yang mayoritas penduduk Indonesia muslim. Tak hanya itu, angka literasi dan inklusi keuangan syariah yang masih rendah juga memberikan potensi pertumbuhan di masa yang akan datang “Profil pemegang saham BRIS juga menjadi salah satu keunggulan yang dilihat pasar, keunggulan dari sisi dukungan pendanaan dari pemegang saham,” imbuh Alfred. Hanya saja, eksposure kepemilikan pemerintah melalui BUMN bisa juga menjadi sentimen negatif untuk BRIS jika terdapat penugasan yang sifatnya pengorbanan. Misalnya, PGAS yang diminta untuk menurunkan harga gas.
Secara valuasi, saham BRIS saat ini diperdagangkan dengan valuasi PBV 3,6 kali atau lebih tinggi ketimbang BBRI yang berada di 2,6 kali, BMRI di 1,5 kali, dan BBNI di 0,8 kali. Alfred bilang rentang pergerakan BRIS relatif terbatas pada kisaran Rp 2.000 hingga Rp 2.300 dan ia merekomendasikan
hold saham BRIS. Adapun pada perdagangan Rabu (15/9) saham BRIS turun 1,42% ke harga Rp 2.090 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat