KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis bank syariah semakin semarak di tengah berbagai tantangan global. Terlebih lagi langkah konsolidasi beberapa bank syariah mampu menciptakan daya saing terhadap bank konvensional. Terbaru, PT Bank Sinarmas Tbk (
BSIM) telah mendapatkan persetujuan Prinsip dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan pemisahan atau
spin off unit usaha syariah (UUS) Bank Sinarmas menjadi bank umum syariah (BUS) baru dengan nama PT Bank Nano Syariah bersama-sama dengan PT Sinar Mas Multiartha Tbk dan PT Asuransi Sinar Mas. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga membuka peluang melakukan
spin off atau pemisahan unit syariahnya (UUS) untuk menjadi entitas yang berdiri sendiri. BTN sedang membuat kajian untuk membesarkan BTN Syariah.
Apalagi, mengingat bisnisnya yang unik yakni fokus pada pembiayaan syariah di sektor perumahan. Namun BTN masih menunggu aturan
spin off dari OJK sebagai turunan dari Undang-undang Penguatan Sektor Jasa Keuangan (UU P2SK).
Baca Juga: BTN Syariah Segera Spin Off, Merger ke BSI Semakin Mulus Seperti diketahui, bisnis Unit Usaha Syariah (UUS) Bank BTN juga melesat hingga akhir 2022. Laba bersih BTN Syariah tersebut tercatat naik 80,12% YoY menjadi Rp 333,58 miliar per 31 Desember 2022 dari Rp 185,20 miliar. Kenaikan laba bersih UUS Bank BTN tersebut ditopang oleh peningkatan pembiayaan syariah dan perbaikan kualitas pembiayaan. Pembiayaan syariah tercatat tumbuh sebesar 14,79% YoY menjadi Rp 33,62 triliun dan
non-performing financing (NPF) gross turun 101 bps menjadi 3,31% per 31 Desember 2022. DPK BTN Syariah juga ikut menanjak di level 18,38% menjadi Rp 34,64 triliun pada akhir 2022. Dengan kenaikan tersebut, aset BTN Syariah naik 18,18% menjadi Rp 45,33 triliun per 31 Desember 2022. "Di tahun 2023 kami akan menargetkan pembiayaan 13%-14% begitu juga di sisi fundingnya, berikut strategi kami menurunkan
Non Performing Loan/NPF yang ada, juga menyelesaikan kredit hapus buku dalam rangka meningkatkan pendapatan dari sisi laba," ungkap Direktur Consumer Bank BTN Hirwandi Gafar. Perubahan kembali aturan yang tidak lagi mewajibkan unit usaha syariah (UUS) untuk melakukan spin-off mulai Juni 2023 memang dinilai sebagai perkembangan yang positif. Adapun, BCA Syariah mendukung segala upaya regulator untuk meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah Indonesia. "Kami percaya UU
spin off terbaru sudah mempertimbangkan kondisi terkini di mana per masing-masing Bank memiliki
size, skala dan karakteristik tersendiri. Bentuk UUS atau BUS tentunya memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing, dengan turut mempertimbangkan kondisi Induk Bank," jelas Direktur BCA Syariah Pranata. Saat ini BCA Syariah memiliki 43 Unit Usaha Syariah dari total 73 cabang BCA Syariah yang ada. Layanan BCA Syariah turut didukung oleh 100 Layanan Syariah Bank Umum di cabang BCA. Per Desember 2022 Aset BCA Syariah tercatat sebesar Rp 12,7 triliun tumbuh 19,1%. Pertumbuhan Aset BCA Syariah di antaranya didukung oleh kenaikan Dana Pihak Ketiga yang tumbuh 23,5%. Untuk pembiayaan tumbuh sebesar 21,3% dan Laba tumbuh sebesar 36%. Direktur PT Bank Permata Syariah sekaligus Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Herwin Bustaman juga menjelaskan, berdasarkan hasil riset Nissa Ghulma Ratnasari et. al., BUS & UUS memiliki segmen nasabah yang jelas berbeda. Oleh karena itu, dua model bisnis yang ada ini akan terus saling melengkapi dan berkontribusi dalam mengembangkan perbankan syariah. "Industri menyambut baik dengan pasal terkait
spin off di dalam UU no 4 tahun 2023 tentang PPSK karena OJK yang akan mengatur terkait kebijakan
spin off tersebut," ujar Herwin.
Baca Juga: Perbankan Syariah Perlu Tambah Cabang Baru di Tengah Digitalisasi, Ini Kata Pengamat Di sisi lain, Bank Permata Syariah menargetkan pembiayaan tumbuh sejalan dengan pertumbuhan perbankan syariah, diperkirakan di sekitar 15%
Per laporan keuangan September 2022, pembiayaan bank Permata Syariah telah tumbuh 11,4%, dengan total aset sebesar Rp 31,6 triliun. Sebelumnya, Ketua Umum Asbisindo sekaligus Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Hery Gunardi menyatakan, walau di tahun ini perbankan masih menghadapi tantangan gejolak ekonomi global, dan meningkatnya potensi resesi, namun pembiayaan perbankan syariah disebut akan jauh lebih baik dibandingkan dengan industri perbankan secara keseluruhan. "Penyaluran pembiayaan perbankan syariah diproyeksikan akan tumbuh 7,25% YoY pada tahun ini atau lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan kredit perbankan nasional sebesar 5,21% YoY," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .