Bisnis batubara tertekan, Samindo Resources (MYOH) tunda beli alat berat di tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan jasa pertambangan PT Samindo Resources Tbk (MYOH) berusaha untuk mempertahankan bisnisnya di tengah kondisi pasar batubara yang masih dipenuhi ketidakpastian di tahun ini.

Kepala Hubungan Investor Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir menyampaikan, tahun 2020 merupakan periode yang menantang bagi MYOH seiring tren harga batubara yang terus menurun di samping pandemi Covid-19. Hingga kini, MYOH belum membeberkan nilai belanja modal atau capital expenditure (capex) yang hendak dialokasikan. Ini mengingat MYOH masih dalam proses negosiasi dengan pelanggannya.

Lantaran kondisi pasar kurang mendukung, Zaki bilang, MYOH dipastikan akan mengerem untuk sementara rencana-rencana seperti pembelian alat berat di tahun ini. Perusahaan tersebut memilih untuk memaksimalkan alat berat pertambangan yang sudah tersedia dengan dibarengi upaya pemeliharaan yang optimal.


Baca Juga: Low Tuck Kwong, Orang Terkaya di Indonesia Borong Saham Bayan Resources (BYAN)

Dia pun mengaku, selain faktor kondisi pasar batubara, adanya pandemi Covid-19 membuat berbagai keputusan terkait rencana strategis MYOH ditunda untuk sementara waktu. “Untuk saat ini kami tunda dulu pembelian alat berat sampai ada kejelasan ke depannya,” imbuh Zaki, Senin (20/7).

Asal tahu saja, di tahun lalu MYOH melakukan pembelian 10 unit dump truck dengan nilai sebesar US$ 14,5 juta.

Dalam berita sebelumnya, manajemen MYOH menargetkan volume pengupasan lapisan tanah atau overburden removal (OB) sebanyak 48 juta bank cubic meter (bcm) di tahun ini. Adapun volume pengangkutan batubara atau coal getting MYOH dipatok di level 11,5 juta ton.

MYOH belum mengumumkan capaian kinerja operasional per semester satu lalu. Sementara di kuartal I-2020, volume OB MYOH turun 21% (yoy) menjadi 10,1 juta bcm. MYOH juga mengalami penurunan volume coal getting sebesar 14,5% (yoy) menjadi 2,7 juta ton.

Kala itu, kondisi curah hujan yang tinggi menjadi penyebab rendahnya realisasi volume OB dan coal getting MYOH. Zaki tak menampik ancaman penurunan kinerja operasional tersebut kembali terjadi di semester kedua. Terlepas dari itu, MYOH tetap berupaya mengoptimalkan kemampuan produksinya melalui proses operasional yang dilakukan seefisien dan seefektif mungkin.

Baca Juga: Produksi Batubara Dipangkas, Emiten Jasa Tambang Terkena Imbas

Tak hanya fokus mempertahankan level kinerja operasional, MYOH juga tetap mengincar kontrak-kontrak baru jasa pertambangan. Pembahasan mengenai hal ini pun terus dilakukan oleh manajemen MYOH. Sejauh ini, MYOH masih bergantung pada kontrak dari PT Kideco Jaya Agung, produsen batubara yang juga entitas anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY).

Selain itu, MYOH juga masih menjalankan rencana ekspansi bisnis di bidang energi baru terbarukan (EBT). Perusahaan ini sedang mengincar kontrak di bisnis EBT yang bergantung pada tender yang diadakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). “Sekarang kami masih belum ikut tender dari PLN,” ujar Zaki.

Sebagai informasi, MYOH mengalami kerugian bersih sebesar US$ 2,4 juta di kuartal I-2020, padahal di kuartal pertama I-2019 emiten ini meraup laba bersih sebesar US$ 8,38 juta. Pendapatan MYOH juga turun 18,53% (yoy) dari US$ 60,65 juta di kuartal I-2020 menjadi US$ 49,41 juta di kuartal I-2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .