JAKARTA. Bisnis distribusi dan perdagangan bahan bakar minyak (BBM) PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) masih melaju sepanjang semester satu 2017. AKRA mengantongi pendapatan senilai Rp 9,2 triliun dalam enam bulan pertama tahun ini. Angka ini naik hingga 25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 7,3 triliun. Bisnis utama AKRA di perdagangan BBM menyumbang 66% pendapatan atau setara Rp 6,15 triliun. Pendapatan terbesar kedua berasal dari lini bisnis kimia dasar, yang memberi kontribusi 22% terhadap pendapatan AKRA. Di sisi lain, bisnis tanah kawasan industri juga terus bertumbuh. Pendapatan dari bisnis ini mencapai Rp 401,3 miliar. Padahal pada semester I tahun lalu, pendapatan dari kawasan industri baru mencapai Rp 170,43 miliar.
Sayang, kenaikan pendapatan AKRA juga dibarengi dengan kenaikan beban pokok penjualan menjadi Rp 8,1 triliun atau melonjak 28,5%
year on year (yoy). Alhasil, laba bersih AKRA hanya naik tipis 0,5% menjadi Rp 588,42 miliar dari sebelumnya sekitar Rp 585,56 miliar. Kejar margin laba Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, kinerja pendapatan AKRA ditopang oleh kelancaran jaringan bisnis penjualan maupun distribusi BBM dan kimia dasar. Karena masih ekspansif, Nafan yakin pendapatan AKRA bisa tumbuh 21% di akhir tahun ini menjadi Rp 18,4 triliun. "Sementara itu, laba bersihnya dapat naik 10% jadi Rp 1,17 triliun," ujar dia kepada KONTAN, Selasa (25/7). Menurut Analis Koneksi Kapital Alfred Nainggolan, AKRA berhasil mempertahankan kenaikan pendapatan meski harga minyak cenderung melemah sepanjang enam bulan pertama tahun ini. "Pergerakan harga minyak relatif tidak berpengaruh pada pendapatan AKRA semester pertama," ujar Alfred. Meski sudah menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang bagus, namun AKRA masih harus mengejar kenaikan margin laba bersih dan mengurangi beban pokoknya. Pada semester I, AKRA hanya mencetak margin laba bersih 6,38%. Angka ini menurun jika dibandingkan margin laba semester I tahun lalu yang sebesar 7,95%. Tahun ini, manajemen AKRA menargetkan bisa mempertahankan laba bersih sebesar 8%.Untuk mengerek margin, AKRA banyak melakukan diversifikasi bisnis. Salah satunya ke bisnis distribusi pelumas. Pada Mei lalu, anak usaha AKRA, PT AKR Niaga Indonesia, menandatangani perjanjian distribusi dengan PT Castrol Indonesia, perusahaan pelumas milik BP Global pemegang merek oli Castrol. Sebelumnya, AKRA dan BP juga telah membentuk anak usaha bernama PT Aneka Petroindo Raya, yang akan mengoperasikan gerai ritel BBM berlabel BP AKR Fuels Retail. AKRA menguasai sekitar 50,1% saham dalam perusahaan patungan itu.
Bersama BP, AKRA juga melakukan diversifikasi ke bisnis distribusi avtur. Keduanya telah membentuk perusahaan patungan bernama PT Dirgantara Petroindo Raya. Lingkup usaha Dirgantara Petroindo meliputi pelayanan jasa bandara di Indonesia, khususnya untuk pengoperasian dan pemasaran bahan bakar pesawat terbang. AKRA juga memacu kinerja dengan membangun terminal baru dan infrastruktur pendukung lain. Nilai belanja modal yang disiapkan untuk ekspansi itu Rp 500 miliar. Karena itulah, Nafan merekomendasikan
buy saham AKRA dengan target harga di Rp 7.300 per saham. Namun, Alfred merekomendasikan
hold AKRA dengan target harga Rp 6.990 per saham. Kemarin, harga AKRA naik 0,39% menjadi Rp 6.475. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini