JAKARTA. Kebutuhan dana ekspansi di bisnis beton di tahun ini membuat PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) harus mencari pendanaan eksternal. Anak usaha WIKA, PT Wika Beton, membutuhkan belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp 900 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun pabrik beton baru berkapasitas 50.000 ton per tahun. Untuk menambal, WIKA memutuskan akan melepas saham Wika Beton ke publik pada semester II 2013. Dari initial public offering (IPO), Wika Beton menargetkan bisa meraup dana Rp 1,5 triliun. Tak hanya IPO, Wika ingin menerbitkan surat utang medium term notes senilai Rp 400 miliar.
Analis Mandiri Sekuritas Handoko Wijoyo dalam risetnya (13/6) memandang, ekspansi Wika Beton bisa meningkatkan kapasitas produksi 15% menjadi 300.000 ton per tahun. Namun, dia melihat, kontribusi pabrik baru akan terasa dalam satu-dua tahun ke depan. Apalagi, Wika Beton akan merambah pasar Myanmar. Dia pun menghitung, pertumbuhan pendapatan Wika Beton bisa meningkat 30% year on year (yoy) dan laba bersih 10% yoy. Menurut Handoko, ekspansi bisnis di bidang precast akan memperbaiki outlook margin WIKA. Sebab segmen bisnis konstruksi memang menghasilkan margin yang tipis. Kris Jonan, analis Ciptadana Securities mengatakan, kontribusi Wika Beton kepada keseluruhan pendapatan WIKA adalah 12% pada tahun lalu, yaitu sebesar Rp 1,8 triliun. "Tahun ini mungkin naik sekitar 20% sesuai ekspektasi dari perusahaan," ujar dia. Secara umum, prospek konstruksi memang masih bertumbuh. Tak heran, emiten konstruksi membutuhkan dana besar untuk ekspansi. Analis MNC Securities Reza Nugraha menilai, cara Wijaya Karya dengan menjual anak usahanya cukup tepat. Sebab menurut dia, saham Wika Beton memang menarik. Bunga obligasi tinggi Reza justru memandang negatif rencana WIKA menerbitkan surat utang. Pasalnya, bunga obligasi Wika Beton bisa sangat tinggi karena tingkat inflasi dan potensi suku bunga acuan yang meningkat. Kris memperkirakan, jika Wijaya Karya terpaksa menerbitkan obligasi di tahun ini, maka bunga obligasinya bisa mencapai 10%.
Meski demikian, Handoko menilai, prospek WIKA masih cukup bagus. Pasalnya selama lima bulan pertama, WIKA telah meraih kontrak Rp 6 triliun, atau naik 28,9% dari target tahun ini. Dia menilai, ini masih sejalan dengan proyeksi. Handoko memproyeksikan, laba bersih WIKA tahun ini bisa mencapai Rp 581 miliar. Pada tahun 2012, laba bersih WIKA hanya Rp 505,12 miliar. Sementara pendapatan Rp 9,82 triliun di 2012. Kris sendiri memperkirakan, pendapatan WIKA bisa mencapai Rp 15,4 triliun dengan laba bersih Rp 555 miliar. Sementara, Reza memperkirakan, laba bersih bisa Rp 530 miliar dan pendapatan Rp 11,5 triliun. Karena itu, Reza merekomendasikan beli di Rp 1.850. Sementara, Handoko rekomendasi, netral dengan target di Rp 2.200. Sedangkan, analis AmCapital Indonesia Helmi Therik merekomendasikan beli di Rp 3.000. Selasa (9/7), harga WIKA 3,98% di Rp 1.690. Saham WIKA masuk dalam daftar efek syariah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana