Bisnis BISI di benih jagung masih menjanjikan



JAKARTA. PT BISI Internasional Tbk mencatat kinerja positif pada semester pertama tahun 2017. Berdasarkan laporan keuangan BISI selama paruh pertama 2017, perusahaan ini mencatat penjualan sebesar Rp 852,68 miliar. Penjualan tersebut naik 14,7% dari periode sama 2016 yang sebesar Rp 743,16 miliar. Meskipun mencatat kinerja penjualan positif, laba yang diperoleh BISI justru tergerus.

Pada semester pertama 2017 ini, BISI hanya mengantongi laba berjalan sebesar Rp 87,85 miliar, turun 36,3% dibandingkan periode sama 2016 yakni Rp 138,03 miliar. Penurunan laba ini disebabkan beban pokok penjualan yang membengkak. Tercatat beban penjualan perusahaan di semester I-2017 sebesar Rp 601,24 miliar atau lebih tinggi dari beban pokok 2016 yang sebesar Rp 440,5 miliar.

Penjualan BISI masih mengandalkan produk benih jagung. Benih jagung menyumbangkan pendapatan sebesar Rp 290,09 miliar, benih sayuran dan buah-buahan Rp 141,1 miliar dan benih padi Rp 8,37 miliar. BISI juga mengantongi pendapatan dari penjualan produk pestisida dan pupuk sebesar Rp 409,6 miliar serta penjualan produk lain-lain sebesar Rp 3,51 miliar.


Pengamat Pertanian Posman Sibuea mengatakan, prospek bisnis BISI masih menjanjikan dalam beberapa tahun ke depan. Pasalnya, bisnis benih, pupuk dan pestisida masih menggiurkan. Apalagi peran pemerintah belum maksimal dalam mengelola produksi benih pertanian untuk memenuhi kebutuhan nasional. "Pemerintah hanya memberikan pasokan benih sebesar 20% dari kebutuhan nasional," ujarnya kepada KONTAN, Senin (7/8).

Posman mengatakan, meskipun menggiurkan namun biaya produksi benih yang harus dikeluarkan perusahaan memang cukup besar. Sebab untuk menghasilkan benih dibutuhkan penelitian dan pengembangan yang memerlukan waktu bertahun-tahun. Selain itu, benih yang ditemukan juga harus dipatenkan agar tidak diklaim dan digunakan pihak lain.

Selain itu, produsen benih juga harus terus mempersiapkan infrastruktur untuk mendorong peningkatkan produksi benih dan kualitas benih. "Namun biaya yang besar itu tidaklah sia-sia lantaran dapat terbayarkan dengan potensi pasarnya yang besar. Apalagi benih pertanian menjadi kebutuhan masyarakat yang terus naik," kata Posman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini