JAKARTA. Meskipun berasal dari negara Barat, namun kuliner steak atau steik cukup populer di Indonesia. Maklum, potongan daging yang dibakar dengan bumbu dan variasi tingkat kematangan ini, bisa dinikmati segala usia. Hebatnya, pasar makanan ini pun kian meluas. Sekarang, menu steik tak hanya bisa dijumpai di resto kelas atas, tapi sudah merambah hingga gerai-gerai di pinggir jalan. Para pemilik usaha pun harus pandai-pandai bersaing menetapkan harga jual, demi memikat konsumen. Pemain lama harus siap menghadapi pesaing baru yang bermunculan. Selain soal harga, kualitas produk tentunya menjadi kunci utama kesuskesan di bisnis kuliner. Anda berniat menjajal usaha kuliner steik? Ada baiknya menyimak ulasan tiga kemitraan berikut ini. Bobby's Steak & Grill StoneBobby Wahyu membuka gerai perdana Bobby's Steak & Grill Stone di Jakarta pada 2008. Meski tidak signifikan, namun usahanya masih bertahan. Ia pun berhasil menggaet dua mitra baru dalam setahun terakhir.Tahun lalu, Bobby tercatat hanya memiliki dua mitra. Sekarang, ia punya mitra yang berlokasi di seputar Jakarta. "Satu mitra lagi segera membuka gerai di Papua," ujarnya.Mulai tahun ini, ia mengubah tawaran paket investasi. Kata Bobby, paket investasi dipadatkan, dari semula ada empat pilihan, kini hanya ada dua pilihan paket. Sebelumnya, ia menawarkan paket foodcourt, paket mini resto, paket resto, dan paket resto & kafe. Kini, hanya ada paket steak house dan paket resto. "Kami kerucutkan jadi dua, supaya lebih efisien," ujarnya. Paket steakhouse dikemas seharga Rp 402 juta, sementara paket resto seharga Rp 280 juta. Mitra akan mendapat hak kerjasama selama lima tahun, peralatan dapur, pelatihan, mesin kasir, furnitur, media promosi, dan bahan baku awal. Perbedaan kedua paket ini hanya pada kapasitas tempat dan jumlah karyawan. Untuk steakhouse memerlukan lokasi sekelas rumah atau ruko, plus 14 karyawan. Sedangkan, untuk resto, harus berupa bangunan mandiri, dan mempekerjakan 10 karyawan.Meskipun, berupaya mengusung konsep restoran steak murah dengan sajian ala bintang lima, Bobby tak kuasa menahan dampak kenaikan harga berbagai bahan baku. Alhasil, ia terpaksa mengerek harga jual menu, menjadi berkisar Rp 30.000 sampai Rp 170 per porsi. Harga ini, naik sekitar 30% dibanding tahun lalu. Namun, Bobby mengaku, kenaikan harga ini tidak memenyurutkan jumlah konsumen. "Gerai kami masih selalu ramai, bahkan beberapa kali menjadi referensi kuliner di televisi" ujar pria yang sudah 12 tahun menjadi koki ini. Menu paling favorit di Bobby's Steak yaitu tenderloin dan wagyu.Royal SteakRoyal Steak pertama kali didirikan di Pasuruan, Jawa Timur, pada Juni 2010. Setahun berselang, pemiliknya, Gunawan Hadi menawarkan kerjasama kemitraan. Pertumbuhan jumlah gerai kemitraan ini terbilang pesat.Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini pada Februari 2012, Royal Steak sudah punya tujuh mitra. Nah, dalam waktu kurang lebih setahun, ada tambahan 22 gerai baru. Jadi, total ada 29 gerai yang tersebar mulai dari Sumatera Utara hingga Nusa Tenggara Timur. Rinciannya, 24 gerai milik mitra, dan sisanya milik sendiri.Business Development Manager Royal Steak Eko Budi Santosa menuturkan, bisnis ini bisa berkembang pesat, karena keunggulan produk. “Kami menawarkan produk steik dengan target pasar kelas menengah, sehingga lebih banyak peminat,” klaimnya.Memang, awalnya, sajian steik lebih identik dengan makanan mewah yang harganya mahal. Namun, Royal Steak berhasil membuat gebrakan dengan menyajikan steik dengan harga yang relatif terjangkau. Meski demikian, kenaikan harga bahan baku mau tidak mau memaksa Royal Steak menaikkan harga jual menu. “Sekarang, naik rata-rata Rp 2.000 per porsi, sehingga menjadi sekitar Rp 10.000 hingga Rp 17.000 per porsi,” ujarnya.Meski harga jual produk lebih tinggi, namun tidak ada perubahan pada paket investasi yang ditawarkan. Harga paket rombong masih senilai Rp 40 juta, sementara paket resto seharga Rp 137 juta. Investasi itu sudah mencakup kerjasama selama lima tahun, peralatan lengkap, dan bahan baku awal. "Kebanyakan mitra memilih paket rombong karena lebih terjangkau dan menunya relatif lengkap," tuturn Eko.Paket rombong menyajikan 40 menu, sementara paket resto memiliki 80 jenis menu. Supaya tidak bosan, manajemen Royal Steak pun rajin menambah varian menu. Jadi, selain menu steik original dan steik tepung, baru-baru ini ada tambahan menu tradisional, seperti ayam penyet, ayam dan udang asam manis.Eko optimitis, hingga penghujung tahun ini, masih bisa menambah sekitar 3-4 mitra baru tiap bulan. Selain itu, Royal Steak pun akan ekspansi ke luar Pulau Jawa, karena peluangnya masih terbuka lebar dan belum banyak pesaing di sana.Untuk mencapai target tersebut, kata Eko, Royal Steak rajin mengikuti pameran waralaba, khususnya di luar Pulau Jawa. Pihaknya sudah pernah mengikut pameran waralaba di Palembang, Makassar, dan Palangkaraya. Selain itu, Royal Steak masih gencar berpromosi melalui media internet.Zuper SteakUsaha steak milik aktor Hengky Kurniawan ini didirikan pertama kali di Bandung, Jawa Barat, pada Januari 2012. Di bawah manajemen PT Bandung Era Sentra Waralaba (Best Waralaba), usaha ini menawarkan peluang kemitraan sejak Agustus 2012.Namun, sayang, bisnis ini tak moncer. Sejak kemitraan ditawarkan, dan hingga saat ini, belum ada mitra yang membuka gerai. Executive Marketing PT Best Waralaba, Reno Syafudin bilang, memang ada sejumlah calon mitra yang tertarik, namun belum ada yang merealisasikannya dengan membuka gerai baru. "Mungkin karena namanya masih baru dan juga sudah banyak usaha steak yang punya nama besar," ucap Reno. Makanya, mulai Juni 2013, manajemen Zper Steak menutup sementara tawaran kemitraan hingga tiga bulan ke depan. Waktu rehat ini dilakukan untuk membenahi sistem manajemen dan marketing dalam internal Zuper Steak.Rencananya, pada Oktober mendatang, Reno akan membuka kembali tawaran kemitraan. Harga paket investasi kemungkinan akan berubah dari sebelumnya. Jika, selama ini ada empat paket investasi dengan nilai terkecil Rp 65 juta, maka mulai Oktober mendatang ditiadakan. Jadi, investasi terendah adalah paket ruko, senilai Rp 105 juta. Kata Reno, penghapusan paket tersebut berdasarkan pengalaman waralaba lain yang juga mereka kelola. "Selama ini, kalau mitra beli paket minimal, mereka akan minta menu tambahan yang menyebabkan harga paketnya jadi lebih mahal. Jadi, sebaiknya sejak awal kami buatkan paket minimal yang harganya lebih tinggi dan jualannya lengkap," bebernya.Nah, untuk menjalankan paket pertama, calon mitra harus menyiapkan ruko seluas 40 meter persegi (m²). Pilihan lain, paket mini cafe dengan investasi sebesar Rp 165 juta. Untuk paket ini, dibutuhkan ruangan seluas 80 me. Terakhir, paket resto dengan nilai investasi mencapai Rp 225 juta. Jika berminat menjajal usaha ini, mitra wajib menyiapkan ruangan seluas 120 m².
Bisnis bistik masih tetap hangat
JAKARTA. Meskipun berasal dari negara Barat, namun kuliner steak atau steik cukup populer di Indonesia. Maklum, potongan daging yang dibakar dengan bumbu dan variasi tingkat kematangan ini, bisa dinikmati segala usia. Hebatnya, pasar makanan ini pun kian meluas. Sekarang, menu steik tak hanya bisa dijumpai di resto kelas atas, tapi sudah merambah hingga gerai-gerai di pinggir jalan. Para pemilik usaha pun harus pandai-pandai bersaing menetapkan harga jual, demi memikat konsumen. Pemain lama harus siap menghadapi pesaing baru yang bermunculan. Selain soal harga, kualitas produk tentunya menjadi kunci utama kesuskesan di bisnis kuliner. Anda berniat menjajal usaha kuliner steik? Ada baiknya menyimak ulasan tiga kemitraan berikut ini. Bobby's Steak & Grill StoneBobby Wahyu membuka gerai perdana Bobby's Steak & Grill Stone di Jakarta pada 2008. Meski tidak signifikan, namun usahanya masih bertahan. Ia pun berhasil menggaet dua mitra baru dalam setahun terakhir.Tahun lalu, Bobby tercatat hanya memiliki dua mitra. Sekarang, ia punya mitra yang berlokasi di seputar Jakarta. "Satu mitra lagi segera membuka gerai di Papua," ujarnya.Mulai tahun ini, ia mengubah tawaran paket investasi. Kata Bobby, paket investasi dipadatkan, dari semula ada empat pilihan, kini hanya ada dua pilihan paket. Sebelumnya, ia menawarkan paket foodcourt, paket mini resto, paket resto, dan paket resto & kafe. Kini, hanya ada paket steak house dan paket resto. "Kami kerucutkan jadi dua, supaya lebih efisien," ujarnya. Paket steakhouse dikemas seharga Rp 402 juta, sementara paket resto seharga Rp 280 juta. Mitra akan mendapat hak kerjasama selama lima tahun, peralatan dapur, pelatihan, mesin kasir, furnitur, media promosi, dan bahan baku awal. Perbedaan kedua paket ini hanya pada kapasitas tempat dan jumlah karyawan. Untuk steakhouse memerlukan lokasi sekelas rumah atau ruko, plus 14 karyawan. Sedangkan, untuk resto, harus berupa bangunan mandiri, dan mempekerjakan 10 karyawan.Meskipun, berupaya mengusung konsep restoran steak murah dengan sajian ala bintang lima, Bobby tak kuasa menahan dampak kenaikan harga berbagai bahan baku. Alhasil, ia terpaksa mengerek harga jual menu, menjadi berkisar Rp 30.000 sampai Rp 170 per porsi. Harga ini, naik sekitar 30% dibanding tahun lalu. Namun, Bobby mengaku, kenaikan harga ini tidak memenyurutkan jumlah konsumen. "Gerai kami masih selalu ramai, bahkan beberapa kali menjadi referensi kuliner di televisi" ujar pria yang sudah 12 tahun menjadi koki ini. Menu paling favorit di Bobby's Steak yaitu tenderloin dan wagyu.Royal SteakRoyal Steak pertama kali didirikan di Pasuruan, Jawa Timur, pada Juni 2010. Setahun berselang, pemiliknya, Gunawan Hadi menawarkan kerjasama kemitraan. Pertumbuhan jumlah gerai kemitraan ini terbilang pesat.Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini pada Februari 2012, Royal Steak sudah punya tujuh mitra. Nah, dalam waktu kurang lebih setahun, ada tambahan 22 gerai baru. Jadi, total ada 29 gerai yang tersebar mulai dari Sumatera Utara hingga Nusa Tenggara Timur. Rinciannya, 24 gerai milik mitra, dan sisanya milik sendiri.Business Development Manager Royal Steak Eko Budi Santosa menuturkan, bisnis ini bisa berkembang pesat, karena keunggulan produk. “Kami menawarkan produk steik dengan target pasar kelas menengah, sehingga lebih banyak peminat,” klaimnya.Memang, awalnya, sajian steik lebih identik dengan makanan mewah yang harganya mahal. Namun, Royal Steak berhasil membuat gebrakan dengan menyajikan steik dengan harga yang relatif terjangkau. Meski demikian, kenaikan harga bahan baku mau tidak mau memaksa Royal Steak menaikkan harga jual menu. “Sekarang, naik rata-rata Rp 2.000 per porsi, sehingga menjadi sekitar Rp 10.000 hingga Rp 17.000 per porsi,” ujarnya.Meski harga jual produk lebih tinggi, namun tidak ada perubahan pada paket investasi yang ditawarkan. Harga paket rombong masih senilai Rp 40 juta, sementara paket resto seharga Rp 137 juta. Investasi itu sudah mencakup kerjasama selama lima tahun, peralatan lengkap, dan bahan baku awal. "Kebanyakan mitra memilih paket rombong karena lebih terjangkau dan menunya relatif lengkap," tuturn Eko.Paket rombong menyajikan 40 menu, sementara paket resto memiliki 80 jenis menu. Supaya tidak bosan, manajemen Royal Steak pun rajin menambah varian menu. Jadi, selain menu steik original dan steik tepung, baru-baru ini ada tambahan menu tradisional, seperti ayam penyet, ayam dan udang asam manis.Eko optimitis, hingga penghujung tahun ini, masih bisa menambah sekitar 3-4 mitra baru tiap bulan. Selain itu, Royal Steak pun akan ekspansi ke luar Pulau Jawa, karena peluangnya masih terbuka lebar dan belum banyak pesaing di sana.Untuk mencapai target tersebut, kata Eko, Royal Steak rajin mengikuti pameran waralaba, khususnya di luar Pulau Jawa. Pihaknya sudah pernah mengikut pameran waralaba di Palembang, Makassar, dan Palangkaraya. Selain itu, Royal Steak masih gencar berpromosi melalui media internet.Zuper SteakUsaha steak milik aktor Hengky Kurniawan ini didirikan pertama kali di Bandung, Jawa Barat, pada Januari 2012. Di bawah manajemen PT Bandung Era Sentra Waralaba (Best Waralaba), usaha ini menawarkan peluang kemitraan sejak Agustus 2012.Namun, sayang, bisnis ini tak moncer. Sejak kemitraan ditawarkan, dan hingga saat ini, belum ada mitra yang membuka gerai. Executive Marketing PT Best Waralaba, Reno Syafudin bilang, memang ada sejumlah calon mitra yang tertarik, namun belum ada yang merealisasikannya dengan membuka gerai baru. "Mungkin karena namanya masih baru dan juga sudah banyak usaha steak yang punya nama besar," ucap Reno. Makanya, mulai Juni 2013, manajemen Zper Steak menutup sementara tawaran kemitraan hingga tiga bulan ke depan. Waktu rehat ini dilakukan untuk membenahi sistem manajemen dan marketing dalam internal Zuper Steak.Rencananya, pada Oktober mendatang, Reno akan membuka kembali tawaran kemitraan. Harga paket investasi kemungkinan akan berubah dari sebelumnya. Jika, selama ini ada empat paket investasi dengan nilai terkecil Rp 65 juta, maka mulai Oktober mendatang ditiadakan. Jadi, investasi terendah adalah paket ruko, senilai Rp 105 juta. Kata Reno, penghapusan paket tersebut berdasarkan pengalaman waralaba lain yang juga mereka kelola. "Selama ini, kalau mitra beli paket minimal, mereka akan minta menu tambahan yang menyebabkan harga paketnya jadi lebih mahal. Jadi, sebaiknya sejak awal kami buatkan paket minimal yang harganya lebih tinggi dan jualannya lengkap," bebernya.Nah, untuk menjalankan paket pertama, calon mitra harus menyiapkan ruko seluas 40 meter persegi (m²). Pilihan lain, paket mini cafe dengan investasi sebesar Rp 165 juta. Untuk paket ini, dibutuhkan ruangan seluas 80 me. Terakhir, paket resto dengan nilai investasi mencapai Rp 225 juta. Jika berminat menjajal usaha ini, mitra wajib menyiapkan ruangan seluas 120 m².