JAKARTA. Pengembangan briket batubara untuk pelanggan rumah tangga nyatanya masih belum menguntungkan secara bisnis. Meski penggunaan energi ini bisa lebih hemat ketimbang elpiji, bisnis briket belum mendapatkan dukungan dari pemerintah. Direktur Niaga PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Muhammad Jamil bilang, selama 20 tahun mengelola bisnis briket batubara, PTBA yang membenamkan dana Rp 1 miliar untuk bisnis ini belum menggaruk margin keuntungan. Sebab, produksi briket PTBA baru 16.000 ton per tahun. "Itu belum ekonomis. Kalau mau dapat marjin harus produksi sampai 20.000 ton dulu, karena produksi dan penyerapan pas, sedangkan produksi butuh ongkos," terangnya ddalam diskusi Seminar Batubara, briket energi terjangkau, peluang usaha dari tambang sampai dapur, Kamis (15/10).
Bisnis briket PTBA tak menguntungkan
JAKARTA. Pengembangan briket batubara untuk pelanggan rumah tangga nyatanya masih belum menguntungkan secara bisnis. Meski penggunaan energi ini bisa lebih hemat ketimbang elpiji, bisnis briket belum mendapatkan dukungan dari pemerintah. Direktur Niaga PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Muhammad Jamil bilang, selama 20 tahun mengelola bisnis briket batubara, PTBA yang membenamkan dana Rp 1 miliar untuk bisnis ini belum menggaruk margin keuntungan. Sebab, produksi briket PTBA baru 16.000 ton per tahun. "Itu belum ekonomis. Kalau mau dapat marjin harus produksi sampai 20.000 ton dulu, karena produksi dan penyerapan pas, sedangkan produksi butuh ongkos," terangnya ddalam diskusi Seminar Batubara, briket energi terjangkau, peluang usaha dari tambang sampai dapur, Kamis (15/10).