JAKARTA. Industri broker properti ikut terkena imbas melambatnya pertumbuhan ekonomi dan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang tembus Rp 14.000 per dolar. Pasalnya, minat konsumen untuk membeli rumah atau apartemen menjadi kebutuhan kedua, setelah kebutuhan pangan dan sandang terpenuhi. “Terjadi penurunan bisnis sebesar 10% di sektor usaha industri broker properti,” kata Darmadi Darmawangsa, Ketua Umum Real Estate Broker Indonesia (AREBI) kepada KONTAN, Rabu (26/8). Jika kondisi ini terus berlanjut maka potensi penurunan bisnis bakal lebih dalam. Saat ini, penurunan bisnis broker properti terjadi pada sektor pembelian rumah atau apartemen. Khususnya, untuk properti kelas menengah dan atas seharga di atas Rp 1 miliar. Hal ini terjadi karena pendapatan masyarakat belum naik sementara harga barang sudah mulai mahal. Alhasil, daya beli konsumen menurun.
Bisnis broker properti turun 10%
JAKARTA. Industri broker properti ikut terkena imbas melambatnya pertumbuhan ekonomi dan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang tembus Rp 14.000 per dolar. Pasalnya, minat konsumen untuk membeli rumah atau apartemen menjadi kebutuhan kedua, setelah kebutuhan pangan dan sandang terpenuhi. “Terjadi penurunan bisnis sebesar 10% di sektor usaha industri broker properti,” kata Darmadi Darmawangsa, Ketua Umum Real Estate Broker Indonesia (AREBI) kepada KONTAN, Rabu (26/8). Jika kondisi ini terus berlanjut maka potensi penurunan bisnis bakal lebih dalam. Saat ini, penurunan bisnis broker properti terjadi pada sektor pembelian rumah atau apartemen. Khususnya, untuk properti kelas menengah dan atas seharga di atas Rp 1 miliar. Hal ini terjadi karena pendapatan masyarakat belum naik sementara harga barang sudah mulai mahal. Alhasil, daya beli konsumen menurun.