Bisnis Cikarang Dry Port tumbuh 20% di kuartal I



JAKARTA. PT Cikarang Inland Port, pengelola pelabuhan darat Cikarang Dry Port (CDP), mencatatkan pertumbuhan volume layanan hingga sebesar 20% di kuartal I-2017 dibandingkan kuartal I tahun sebelumnya atau year on year (YOY).  

Pertumbuhan volume itu ditopang kenaikan layanan ekspor-impor kebutuhan industri, perkembangan pusat logistik berikat (PLB), dan semakin tingginya penggunaan transportasi kereta untuk pengangkutan peti kemas dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Cikarang Dry Port.

Managing Director Cikarang Cikarang Inland Port Benny Woenardi mengatakan, volume layanan di Cikarang Dry Port semakin besar seiring dengan operasional Pusat Logistik Berikat (PLB). Bahkan jika sebelumnya PLB di Cikarang Dry Port hanya melayani produk kapas, bulan ini anak usaha  PT Kawasan Industri Jababeka Tbk juga akan mulai melayani PLB untuk komoditas aluminium. "Alumunium banyak dipakai di industri-industri sekitar Cikarang," katanya.


Selain itu, menurut Benny, kenaikan volume juga terjadi seiring dengan terus bertambahnya jumlah pelanggan Cikarang Dry Port. "Jumlah pelanggan terus meningkat, dari dulu di awal berdiri tahun 2012 hanya 3 pelanggan, saat ini jumlah pelanggannya sudah mencapai 500 perusahaan," katanya dalam diskusi tentang Kesiapan Cikarang Dry Port dalam Menunjang Sistem Logistik Nasional Selama Ramadan-Lebaran 2017, Rabu (17/5)   Menurut dia, seiring pertumbuhan volume, jumlah pelanggan Cikarang Dry Port juga terus meningkat menjadi sekitar 500 perusahaan hingga akhir kuartal I 2017 dibanding saat baru pertama beroperasi pada 2012 hanya 3 pelanggan. “Pertumbuhan eksponensial terjadi terutama pada 2014 hingga saat ini,” ujarnya. 

Selain peningkatan impor, perusahaan juga mengalami peningkatan layanan ekspor hingga mencapai 300%. Menurut Benny, dari total volume di Cikarang Dry Port, layanan impor menduduki porsi paling besar mencapai 82%, sisanya adalah ekspor. Ketidakseimbangan antara ekspor dan impor ini juga dialami oleh pelabuhan-pelabuhan petikemas di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan perdagangan Indonesia tidak memiliki daya saing kuat.    Benny berharap jumlah pelanggannya akan terus bertambah sampai akhir tahun ini. Apalagi perusahaan juga sudah menerapkan smart port, sehingga akan memberikan kemudahan dan fasilitas yang bagus ke seluruh pelanggan. “Dalam kajian World Bank serta Bappenas, impor melalui Cikarang Dry port menghemat biaya sekitar 22%-30% dan menghemat waktu 55%,” katanya.

Cikarang Dry Port mulai mengembangkan smart port untuk mempercepat dan mempermudah distribusi barang di Cikarang dry port. Konsep ini dikembangkan untuk mendukung kelancaran sistem logistik nasional.

Dalam tahap awal, pengembangan smart port dimulai awal Mei 2017 dengan menerapkan sistem gerbang otomatis (auto gate system), sistem electronic delivery order (e-DO), e-Billing and e-Payment. Dengan sistem itu maka sistem pelayanan kepelabuhan, bea cukai dan karantina serta bank akan ada dalam satu gedung. Sistem ini merupakan satu langkah awal untuk menuju sistem paperless

Sistem electronic delivery order (e-DO) menghubungkan Cikarang Dry Port dengan 27 perusahaan pelayaran (shipping line) yang membuka jasa di pelabuhan darat ini. Sistem ini dapat langsung mengidentifikasi bila importir telah menyelesaikan administrasi dengan pelayaran tanpa perlu membawa dokumen e-DO secara langsung. Dengan digabungkan dengan sistem auto gate, maka sistem ini akan jauh mempermudah dan mempercepat proses pengeluaran barang. 

Di sisi lain untuk menghadapi musim libur Lebaran 2017, dia mengaku Cikarang Dry Port terus menjalankan kegiatan operasionalnya untuk mendukung aktivitas logistik pengguna jasa di masa liburan tersebut. 

Adanya layanan transportasi kereta angkutan peti kemas antara Cikarang Dry Port dengan pelabuhan Tanjung Priok, sangat membantu di masa pembatasan truk yang biasanya berlaku H-7 hingga H+7.    Apalagi kereta angkutan peti kemas antar pelabuhan ini dapat ditambah frekuensi perjalanannya untuk mengalihkan beban dari angkutan trailer yang melewati jalan tol yang akan digunakan untuk jalur mudik. “Kereta angkutan peti kemas juga berjalan untuk domestik antara Cikarang Dry Port dan Stasiun Kalimas atau Benteng di Surabaya,” katanya.   Cikarang Dry Port terletak di Kawasan Industri Jababeka. Pelabuhan kering ini memiliki luas 200 hektare (ha) dengan kapasitas mencapai 400.000 teus. "Bisa di expand sampai 2 juta Teus," kata Benny. Dari kapasitas tersebut, Benny bilang, okupansi Cikarang Dry Port sudah mencapai rata-rata 52%-53% per tahun. 

Angka okupansi itu, menurut Benny sudah bagus, sebab maksimal okupansi yang bisa dilayani oleh CDP adalah sebesar 70%. "Jika lebih tinggi dari itu maka arus barang akan terganggu dan macet. Juga berpengaruh pada keselamatan dan keamanan," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa