Bisnis debitur bank mulai pulih, potensi NPL dari restrukturisasi kredit turun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program relaksasi restrukturisasi kredit terhadap debitur terdampak pandemi Covid-19 sudah hampir setahun berjalan. Dari penilaian yang dilakukan sejumlah bank, jumlah debitur yang sudah kembali pulih cukup besar dan yang berpotensi turun kasta ke non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah semakin mengecil. 

Salah satunya dialami oleh Bank Mandiri Tbk. Sepanjang tahun 2020, bank telah melakukan restrukturisasi kredit senilai Rp 123 triliun terhadap debiturnya yang terdampak pandemi. 

Pada akhir 2020, jumlah tersebut sudah turun ke level Rp 93 triliun karena banyak debitur yang sudah kembali pulih karena berhasil melakukan penyesuian model bisnis dengan kondisi pandemi.


"Debitur yang direstrukturisasi adalah mereka yang sebelum bulan Maret 2020 masih bagus dan tidak pernah menunggak, mereka terganggu karena Covid-19. Selama setahun terakhir, sebagian besar mereka sudah bisa menyesuaikan model bisnisnya dengan new normal. Diperkirakan jumlah restrukturisasi ini akan tersu berkurang sejalan dengan vaksinasi dan ekonomi mulai pulih," jelas Direktur Manajemen Risiko Ahmad Siddik Badruddin dalam konferensi pers virtual, Senin (15/3).

Baca Juga: Banyakanya perbankan melaksanakan restrukturisasi mendorong maraknya aksi right issue

Sementara jumlah kredit yang berpotensi jadi NPL telah menurun dibandingkan proyeksi sebelumnya. Akhir tahun 2020, Bank Mandiri memprediksi sekitar 10%-11% dari kredit yang direstrukturisasi berpotensi downgrade jadi kredit bermasalah.  Namun, saat ini diproyeksi hanya sekitar 8% dari Rp 93 triliun. Pada akhir 2020, baru sekitar 0,3%-0,4% dari kredit yang direstrukturisasi ini jatuh ke NPL. 

Meskipun proyeksi kredit yang berpotensi jadi NPL turun, Bank Mandiri akan melakukan tambahan pencadangan opsional tahun ini sebesar Rp 1 triliun untuk debitur restrukturisasi terdampak Covid-19. Sementara tahun 2020, perseroan sudah melakukan pencadangan sebesar Rp 4,5 triliun sehingga total cadangan kerugian penurunan nilia (CKPN) yang dialokasikan mengantisipasi risiko NPL mencapai Rp 5,5 triliun.

Untuk debitur yang belum sembuh 100%, Bank Mandiri akan memberikan restrukturisasi ulang dengan memanfaatkan semua program stimulus yang diberikan pemerintah sehingga mereka bisa pulih sepenuhnya. 

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) telah melakukan dua kali assestment terhadap debitur yang sudah yang direstrukturisasi, yakni pada Oktober 2020 dan Januar 2021. "Kami melihat ada sedikit perbaikan dan optimisme dari debitur-debitur. Jumlah debitur yg masuk ke dalam kategori high risk menurun dari sebelumnya sekitar 7% menjadi sekitar 5%," ungkap David Pirzada, Direktur Managemen Resiko BNI.

Dari 5% tersebut, BNI melihat masih ada yang bisa diberikan opsi tambahan relaksasi sesuai dengan POJK 48. Sehingga  debitur yang kemungkinan sulit untuk bangkit dan kemungkinan besar turun menjadi NPL tahun ini ditaksir hanya sekitar Rp 2,5%.

Untuk mengantispasi resiko NPL, kata David, BNI akan  terus melakukan upaya yang sejalan dengan strategy transformasi perseroan untuk memperbaiki end-to-end credit process, memastikan debitur-debitur untuk tetap bisa tumbuh, serta menerapkan credit structure yang lebih prudent terhadap calon debitur dan melakukan monitoring atau asessment secara berkesinambungan. 

Sedangkan bagi debitur yang memiliki resiko tinggi dan sudah menjadi NPL akan dijalankan opsi-opsi sesuai peraturan yang ada, seperti dengan relaksasi, restrukturisasi atau  melakukan opsi di luar cara konvensional seperti matching dengan investor yang dapat membantu permodalan dan modal kerja debitur yang kesulitan. . 

"Kami juga masih terus meningkatkan CKPN sesuai dengan risk profile dari debitur-debitur tersebut untuk memastikan bahwa resiko yg timbul akan tercover oleh provisi yg cukup. Sedangkan budget hapus buku sudah kita tetapkan di tahun 2021 agar rencana menurunkan NPL ke bawah 4% dari 4,3% tahun 2020 bisa tercapai," jelas David.

Restrukturisasi kredit terdapat Covid-19 di BRI juga sudah melandai menjadi Rp 189,8 triliun per akhir Februari 2021 seiring dengan mulai menggeliatnya aktivitas ekonomi.   "Penurunan jumlah pinjaman yang direstrukturisasi tersebut merupakan sinyal positif bahwa nasabah UMKM mulai bangkit. Untuk tahun ini BRI optimistis mampu menjaga NPL di level 3%," kata Aestika Oryza, Sekretaris Perusahaan BRI.

Selanjutnya: Bankir yakin NPL tahun ini tetap terjaga walau ada risiko kredit meningkat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi