Bisnis Digital Kian Ekspansif, Intip Rekomendasi Saham Media Nusantara Citra (MNCN)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Naiknya harga komoditas dan pelemahan nilai tukar rupiah diproyeksikan akan menekan kinerja operasional emiten konsumer. Nah, dengan  tertekannya kinerja emiten konsumer, ada kekhawatiran anggaran untuk belanja iklan pun ikut terpangkas.

Jika demikian, maka emiten media seperti PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) berpotensi ikut terkena imbasnya. Maklum, emiten konsumer punya eksposur yang cukup besar terhadap pendapatan iklan TV milik MNCN.

Kendati begitu, analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy menilai, MNCN cenderung minim terdampak dari hal tersebut. Menurutnya, memang terdapat emiten konsumer yang terlihat berencana menurunkan budget marketing & advertising mereka karena cost pressure dari naiknya bahan baku tersebut


“Tapi kalo kami lihat, tidak semua emiten seharusnya menurunkan budget tersebut. Bukan tidak mungkin justru ada emiten yang akan menaikkan anggarannya karena pemulihan ekonomi,” kata Paulus ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (30/6).

Sementara analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya dalam risetnya pada 20 Juni menuliskan, terlepas dari adanya pemulihan ekonomi, kenaikan harga bahan baku serta pelemahan nilai tukar rupiah dinilai akan menekan gross margin emiten konsumer.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham MNCN dari Mirae Asset Sekuritas Berikut Ini

Oleh karena itu, Christine memproyeksikan akan ada penurunan belanja iklan emiten konsumer yang pada akhirnya bisa mengurangi pendapatan iklan MNCN.

Akan tetapi, berdasarkan Nielsen, pengeluaran belanja iklan di Indonesia masih akan terus tumbuh walaupun ada perlambatan dari sektor FMCG. Menurut Christine, salah satu faktor pendorong akan datang dari belanja iklan perusahaan teknologi.

“Kami memproyeksikan biaya belanja iklan di tahun ini akan naik di kisaran 5%,” ujar Christine

Dari sisi kinerja, Paulus justru optimistis MNCN bisa melanjutkan tren positif yang sudah dicatatkan di kuartal I-2022. Padahal, pada periode tersebut, umumnya justru menjadi periode low season bagi industri media.

Adapun, berkat perbaikan di seluruh lini bisnis, MNCN membukukan pendapatan sebesar Rp 2,6 triliun atau tumbuh 22% secara year on year (yoy) pada tiga bulan pertama di tahun ini. Dari segi profitabilitas, MNCN mencatatkan laba bersih sebesar Rp 619 miliar atau naik 55,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Ke depan, dia meyakini profitabilitas MNCN bisa terus meningkat seiring dengan bisnis iklan digitalnya yang bisa menghasilkan margin yang lebih tinggi seiring kemampuannya untuk memonetisasi konten Free to Air (FTA).

 
MNCN Chart by TradingView

Apalagi, pada tahun ini MNCN telah mengkonsolidasikan salah satu platform OTT nya yaitu Vision+, yang sebelumnya dimiliki oleh MSIN, ke dalam struktur bisnisnya. Saat ini, Vision+ memiliki sebanyak 45 juta pelanggan aktif bulanan dan 2,1 juta pelanggan berbayar. Pada kuartal I-2022, pendapatan dari layanan Subscription Video on Demand (SVOD) ini mencapai Rp 123,9 miliar.

“Adanya tambahan pendapatan tersebut akan bisa digunakan untuk meningkatkan traffic pengguna Vision+ dan pelanggan berbayar untuk monetisasi lebih lanjut,” tambah Paulus.

Selain mencatatkan kinerja keuangan yang solid, MNCN juga berhasil mempertahankan posisinya sebagai audience share terbesar untuk siaran prime time di kuartal I-2022, yakni sebesar 45,5%. Jika dilihat dari perspektif global, banyak perusahaan media besar yang beralih memonetisasi konten dengan kombinasi Advertisers Video on Demand (AVOD) dan SVOD.

Menurut Paulus, tren digitalisasi ini diyakini akan menguntungkan MNCN sebagai pembuat konten terbesar di Indonesia dengan lebih dari 300.000 jam konten yang punya posisi kuat di industri media Indonesia. Hanya saja, ia melihat masih ada risiko semakin ketatnya perebutan market share ke depan.

Sementara analis Samuel Sekuritas Farras Farhan menambahkan, pihaknya meyakini inisiatif digital seperti Vision+ dan RCTI+ akan menjadi katalis positif bagi pertumbuhan MNCN ke depan seiring dengan adanya peningkatan popularitas dari platform OTT.

Baca Juga: Berencana Stock Split, MNC Digital Entertainment (MSIN) Minta Restu Pemegang Saham

“Kami melihat MNCN akan mendapatkan pendapatan tahun ini sebesar Rp 10.4 triliun dengan GPM sebesar 61% serta EBITDA sebesar Rp 4,4 triliun. Sementara untuk laba bersih akan sebesar Rp 2.9 triliun, yang merefleksikan pertumbuhan EPS sebesar 25% secara yoy,” imbuhnya.

Saat ini, Farras masih mempertahankan rekomendasi beli untuk saham MNCN dengan target harga Rp 1.400 per saham. Setali tiga uang, Paulus juga memberi rekomendasi beli dengan target harga Rp 1.450 per saham.

“Kami menyukai MNCN karena pemulihan kinerja keuangannya pasca pandemi Covid-19, monetisasi bisnis digital yang lancar, dan punya posisi yang kuat sebagai market leader di industri media,” tutup Paulus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari