Bisnis diprediksi terus tumbuh, berikut rekomendasi saham TBIG



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyedia menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menargetkan dapat menambah masing-masing 3.000 penyewa (tenant) pada 2020 dan 2021. Hingga akhir Juni 2020, TBIG sudah membukukan penambahan 2.517 tenant atau 84% dari target tahun ini.

Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan, hal ini terjadi karena ada peningkatan sewa dari operator telekomunikasi yang merupakan pelanggan utama TBIG. "Itu yang menghasilkan 2.517 tenant baru pada semester I-2020 yang menjadi pertumbuhan terbaik sepanjang sejarah TBIG," ungkap Helmy dalam paparan publik virtual, Senin (28/9).

Helmy optimistis dinamika industri menara telekomunikasi akan tetap positif seiring dengan sewa menara operator telekomunikasi yang terus bertumbuh. "Operator masih akan menambah perangkat untuk memperkuat kapasitas dan jaringannya," ucap Helmy.


Analis Ciptadana Sekuritas Gani juga melihat bahwa saham TBIG masih memiliki prospek yang bagus. "Ini sejalan dengan peningkatan penggunaan data di masyarakat sehingga juga akan mendorong permintaan untuk menara telekomunikasi," ucap Gani.

Baca Juga: Fokus tumbuh organik, Tower Bersama (TBIG) targetkan tambah 3.000 tenant pada 2021

Terlebih lagi, jika dibandingkan dengan penyedia menara telekomunikasi lainnya, basis pelanggan TBIG berasal dari tiga besar operator telekomunikasi, yaitu PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Indosat Tbk (ISAT). Alhasil, rasio kolokasi TBIG juga lebih tinggi.

Merujuk laporan keuangan TBIG per Juni 2020, sewa menara oleh Telkomsel berkontribusi sebesar 39,76%, EXCL 17,16%, dan ISAT 21,37% terhadap pendapatan TBIG. Dengan begitu, pemasukan sewa dari tiga operator tersebut mencakup 78,3% dari total pendapatan TBIG yang mencapai Rp 2,58 triliun.

Kemudian, per Juni 2020, TBIG memiliki 15.893 menara  telekomunikasi dengan 31.039 tenant. Dengan begitu, rasio kolokasi (tenanty ratio) TBIG adalah sebesar 1,96 kali, lebih tinggi dari target tahun ini yang sebesar 1,9 kali.

Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Ramai, Emiten Cari Dana Segar di Tengah Pandemi

Untuk terus bertumbuh, TBIG juga tidak khawatir dengan sumber pendanaan. Mengingat, rasio utang TBIG masih dalam kondisi sehat dan terus membaik dalam tiga tahun terakhir.

Pada kuartal II-2020, rasio utang bersih terhadap EBITDA TBIG adalah sebesar 4,8 kali. Angka ini masih di bawah financial covenant (kesepakatan keuangan) yang memberi batas maksimal di level 6,25x.

"Ini menggambarkan TBIG masih bisa bertumbuh dan memiliki ruang yang cukup untuk leverage asetnya. Jika kami mendapatkan potensi pertumbuhan yang besar, TBIG masih bisa memperoleh dana pinjaman," ungkap Helmy.

Per Senin (28/9), harga saham TBIG stagnan di level Rp 1.350 per saham. Gani masih melihat potensi kenaikan pada saham ini. Ia memasang rekomendasi beli TBIG dengan target harga Rp 1.800 per saham.

Baca Juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) selesaikan penerbitan obligasi Rp 700 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati