KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Teknik membuat motif ecoprint yang memanfaatkan dedaunan atau kembang alami mulai naik daun. Motif yang bisa terpatri dalam sebuah helai kain, atau bisa juga di produk pakaian jadi, serta produk fesyen dan aksesori lainnya, seperti tas, dompet. Motif ini menimbulkan kesan alami, yakni berubah bentuk dedaunan atau bisa juga bunga yang sesuai aslinya. Keberadaan motif tersebut memang tidak terlepas dari penggunaan daun asli sebagai media untuk membuat cetakan alami (ecoprint) di ragam produk fesyen tersebut. Bentuk daunnya pun beragam. Maklum, para pebisnis fesyen ecoprint kerap memakai ragam bentuk daun. Ambil contoh Wahyudi Anthony, Co Founder Arane asal Kota Gudeg, Yogyakarta. Saat membuat motif cetakan hijau, ia memakai beberapa jenis daun. Mulai dari daun jati, daun mawar, daun lanang, daun jarak, daun kayu putih, stroberi dan daun herbal lainnya.
Bisnis ecoprint berupaya mencetak laba dari motif dedaunan (2)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Teknik membuat motif ecoprint yang memanfaatkan dedaunan atau kembang alami mulai naik daun. Motif yang bisa terpatri dalam sebuah helai kain, atau bisa juga di produk pakaian jadi, serta produk fesyen dan aksesori lainnya, seperti tas, dompet. Motif ini menimbulkan kesan alami, yakni berubah bentuk dedaunan atau bisa juga bunga yang sesuai aslinya. Keberadaan motif tersebut memang tidak terlepas dari penggunaan daun asli sebagai media untuk membuat cetakan alami (ecoprint) di ragam produk fesyen tersebut. Bentuk daunnya pun beragam. Maklum, para pebisnis fesyen ecoprint kerap memakai ragam bentuk daun. Ambil contoh Wahyudi Anthony, Co Founder Arane asal Kota Gudeg, Yogyakarta. Saat membuat motif cetakan hijau, ia memakai beberapa jenis daun. Mulai dari daun jati, daun mawar, daun lanang, daun jarak, daun kayu putih, stroberi dan daun herbal lainnya.