Bisnis Erajaya diuji beleid pajak barang mewah



JAKARTA. Pemerintah berencana memberlakukan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) atas telepon pintar (smartphone) sebesar 20%. Aturan baru pemerintah ini diusulkan oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.

Kelak, PPnBM ponsel ini bukan cuma berlaku untuk telepon selular (ponsel) impor saja. Ponsel lokal juga akan terkena PPnBM. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) merupakan emiten yang akan terkena imbas jika aturan ini diberlakukan. Maklum, EERA mengandalkan penjualan tablet dan telepon pintar sebagai sumber pendapatan utama.

Kepala Riset First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto bilang, mau tidak mau ERAA harus menaikkan harga jual jika aturan PPnBM ponsel ini berlaku. Imbasnya penjualan ERAA bisa turun.


David memperkirakan, penjualan ERAA akan menurun selama tiga bulan hingga enam bulan pertama. "Kurva permintaan itu sangat elastis, kalau harga naik pasti permintaan akan turun," kata David.

Reza Nugraha, analis MNC Securities sependapat. Menurut dia, margin laba bersih ERAA akan tertekan jika aturan PPnBM ini berlaku. Saat ini, margin laba bersih ERAA saat ini sekitar 2,7%. Setelah beleid itu kelak berlaku, margin laba ERAA bisa turun menjadi 2,2%.

Padahal, kinerja ERAA tahun lalu pun tidak terlalu bagus. Sepanjang tahun 2013, penjualan ERAA turun 1% menjadi Rp 12,73 trilun. Sedangkan, laba bersih ERAA anjlok 19,6% menjadi Rp 348,6 miliar.

Reza mengatakan, bisnis penjualan ponsel  semakin ketat. ERAA pun bersaing dengan ritel lain yang menjual ponsel sejenis.

Selain banyak pesaing, ERAA juga tertekan oleh lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Maklum, produk ponsel ERAA memang sebagian besar diimpor.

Sebenarnya, ERAA sudah mempunyai strategi untuk  menambah fulus. Yakni dengan mengembangkan ponsel merek sendiri, Venera, untuk menyasar target segmen menengah ke bawah di Indonesia. Namun, David melihat pangsa pasar ponsel Venera masih belum jelas.

Meski aturan PPnBM sudah mulai dibahas, David yakin, aturan tersebut tidak akan diterapkan tahun ini. Terlepas dari itu, prospek ERAA tahun ini kurang begitu bagus.

Pasalnya, tingkat konsumsi terhadap barang elektronik kini semakin turun. "Pertumbuhan ritel elektronik tidak akan lebih dari 20%," ujarnya.Namun, ERAA masih mendapat katalis positif dari meningkatnya daya beli masyarakat. Barang elektronik, khususnya telepon seluler masih menjadi barang yang banyak dicari masyarakat.

Reza memprediksi, penjualan ERAA tahun ini masih bisa tumbuh 2% menjadi sekitar Rp 13 triliun. Sedangkan, David menduga penjualan ERAA akan tumbuh 10% dengan laba bersih yang tumbuh 12% - 15%. Baik Reza maupun David merekomendasikan hold saham ERAA dengan target harga Rp 1.400 per saham.

Analis Credit Suisse, Ella Nusantoro memberikan rekomendasi underperform pada saham ERAA dengan taget harga Rp 1.400 per saham. Dalam risetnya, 4 April 2014, Ella menyatakan, ERAA dan PT Electronic City Tbk (ECII) merupakan emiten yang akan terkena imbas peraturan PPnBM.        

Kemarin, harga ERAA naik 0,41% ke Rp 1.215.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana