Bisnis farmasi masih ekspansif



JAKARTA. Laju roda ekonomi yang melambat sepanjang tahun ini tidak membuat bisnis farmasi dan produk turunannya ikut-ikutan terganjal. Hal ini tergambar dari data yang dirangkum oleh Biro Pusat Statistik (BPS) .

Sepanjang kuartal III-2015, pertumbuhan industri farmasi, obat kimia, dan tradisional tumbuh 15,13% dibanding periode serupa tahun lalu. Salah satu yang menjadi stimulus adalah keberadaan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Adanya program jaminan kesehatan ini membuat minat investasi industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi juga meningkat.


Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, pada kuartal III-2015 investasi sektor ini mencapai Rp 16,01 triliun dari 206 proyek. Angka ini naik 77% dibandingkan periode sama 2014 yakni Rp 9,03 triliun.

Salah satu produsen farmasi yang masih ekspansi tahun ini adalah PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Hingga kuartal III-2015, perusahaan pelat merah ini membangun 700 apotek dan 300 klinik kesehatan. Artinya, target sudah terpenuhi.

Menurut Farida Astuti, Direktur Keuangan Kimia Farma, ekspansi tersebut langsung berimbas positif ke kinerja KAEF. "Pasti kinerja kami akan terbantu dari apotek dan klinik secara gradually," kata Farida kepada KONTAN, Minggu (8/11).

Sayangnya, Farida tak merinci target bisnis yang dipatok Kimia Farma sampai akhir 2015 ini. Yang jelas, laju bisnis Kimia Farma di kuartal tersebut tumbuh 12,7% dibanding periode serupa 2014. Di kuartal III-2015 pendapatan KAEF Rp 3,47 triliun. Sedangkan di periode yang sama 2014 baru Rp 3,08 triliun.

Selain Kimia Farma, PT Kalbe Farma Tbk (KBLF) juga masih ekspansif. Perusahaan farmasi swasta ini di pertengahan Oktober 2015 mendirikan perusahaan patungan dengan Genexine Inc asal Korea Selatan. Mereka menggarap produk biofarmasi untuk pasar domestik dan regional dengan nama PT Kalbe-Genexine Biologics.

Di perusahaan patungan tersebut, Kalbe mengempit kepemilikan 60%. Kedua perusahaan ini bakal berinvestasi awal Rp 130 miliar. Yakni membangun pabrik biofarmasi di Cikarang, Jawa Barat yang bisa kelar tahun depan.

Pada kuartal III-2015 pendapatan Kalbe naik tipis 3% dari Rp 12,76 triliun di kuartal III-2014 menjadi Rp 13,13 triliun.

Menurut Vidjongtius, Direktur dan Sekretaris Korporasi Kalbe Farma, pertumbuhan bisnis Kalbe seharusnya bisa lebih tinggi dari realisasi kuartal III-2015. Namun Kalbe kehilangan satu prinsipal di lini bisnis distribusi domestik. Faktor lainnya adalah, produsen farmasi ini terpaksa menarik obat buvanest akibat salah pakai awal tahun ini.

Meski begitu, Vidjongtius optimistis, kinerja Kalbe Farma bisa lebih baik di 2016. "Kami lebih optimistis bahwa kinerja sales akan lebih baik dari tahun ini," katanya tanpa merinci nilainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan