KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adik presiden terpilih Prabowo Subianto sekaligus pengusaha terkemuka Indonesia, Hashim Djojohadikusumo, tampaknya semakin giat dalam memperluas bisnisnya tahun ini. Kali ini, Komisaris Utama Arsari Group ini mengungkapkan niatnya untuk berinvestasi dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terbesar di Asia Tenggara, yakni PLTA Kayan Cascade yang dikelola oleh PT Kayan Hydro Energy (KHE). Hashim menegaskan bahwa investasi dalam proyek PLTA dengan kapasitas 9.000 megawatt ini sangat penting untuk segera direalisasikan.
"Iya ada kemungkinan kita masuk. Segera-segera (investasi), mungkin bulan-bulan ini," ujarnya saat ditemui dalam acara syukuran PT Kayan Hydro Energy di Tanjung Selor, Kalimantan Utara, Kamis, (30/05).
Baca Juga: Hashim Djojohadikusumo Ungkap Bakal Fokus ke Bisnis Timah di Batam "Kami harapkan segera (investasi), semua perizinan sudah lengkap, kami sudah lihat lengkap, kami harapkan segera tahun ini, harapan kami," tambahnya. Selain itu, Hashim juga menyatakan bahwa kakaknya, Prabowo Subianto, mendukung penuh investasi ini. "Sudah. Saya sudah lapor (ke Prabowo). Dia setuju, ini kan untuk investasi," tutupnya. Sebagai informasi, PLTA Kayan Hydro Energy yang berlokasi di Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2012. Nilai investasi total dari proyek ini mencapai US$17,8 miliar atau sekitar Rp275,9 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS). Proyek pembangunan PLTA ini dibagi menjadi lima tahap: tahap pertama berkapasitas 900 MW, tahap kedua 1.200 MW, tahap ketiga dan keempat masing-masing 1.800 MW, dan tahap kelima 3.300 MW. Listrik dari PLTA Kayan diharapkan bisa disalurkan ke Ibu Kota Negara (IKN), kawasan industri di Kalimantan seperti PT Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) dan PT Indonesia Strategis Industry (ISI), serta untuk kebutuhan listrik di sekitar Kalimantan. Arsari Group, yang didirikan pada tahun 2008, bukanlah nama baru di dunia bisnis Indonesia. Grup ini beroperasi di dua sektor utama: pertambangan di bawah PT Arsari Tambang dan energi terbarukan di bawah PT Arsari Enviro Industri. PT Arsari Tambang, yang berdiri sejak tahun 2011, memiliki beberapa anak usaha, termasuk PT Mitra Stania Prima, PT Mitra Stania Kemingking, PT Mitra Stania Bemban, dan PT Mitra AEGA Prima, serta PT Solder Tin Andalan Indonesia. PT Mitra Stania Prima (MSP) PT Mitra Stania Prima (MSP) adalah perusahaan pertambangan timah terbesar ketiga di Indonesia, dengan konsesi tambang di Mapur. Sejak tahun 2013, MSP telah aktif menambang di lahan seluas 233,5 hektar dengan potensi tambang sebesar 7.551 ton timah. PT Mitra Stania Kemingking PT Mitra Stania Kemingking, afiliasi dari MSP, memiliki IUP dan beroperasi di dua wilayah: Block Kemingking seluas 654,6 Ha dan Block Penyak seluas 551,8 Ha. PT Mitra Stania Bemban PT Mitra Stania Bemban juga merupakan afiliasi dari MSP dengan wilayah IUP seluas 441,6 Ha. PT AEGA Prima (AEGA Prima) PT AEGA Prima, afiliasi dari PT Arsari Tambang, bergerak di bidang pertambangan timah dengan IUP seluas 293,0 Ha di Kepulauan Bangka Belitung. PT Solder Tin Andalan Indonesia Pada akhir Mei 2024, Hashim meresmikan pembangunan pabrik pengolahan timah di Batam, Kepulauan Riau, yang dikelola oleh PT Solder Tin Andalan Indonesia, anak usaha Arsari Group. Investasi awal pembangunan pabrik ini mencapai Rp100 miliar dengan target produksi 16 ribu ton solder per tahun dan omzet Rp1,2 triliun per tahun.
Baca Juga: Hashim Djojohadikusumo Targets the Jumbo Kayan Hydropower Project Sayangnya, dari sektor energi terbarukan, tidak banyak informasi yang bisa didapatkan dari PT Arsari Enviro Industri (AEI). Namun, pada tahun 2022, Hashim mengungkapkan rencana membangun proyek biorefinery untuk menghasilkan biomassa dan biofuel bersama perusahaan Amerika Serikat, Lanzatech, di dekat Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur (Kaltim). Proyek ini diperkirakan menelan investasi sekitar US$250 juta – US$300 juta dan memanfaatkan kayu tua serta ranting untuk diolah menjadi biomassa. Dalam pernyataan terbarunya, Hashim menegaskan bahwa proyek ini masih berjalan, terutama karena lokasinya yang dekat dengan IKN. "Ya betul, saya memang sudah lama tertarik untuk investasi di dunia energi terbarukan, contohnya di Kalimantan Timur (Kaltim) saya ada proyek biofuel, itu energi dari kayu sisa. Dan saya lihat di Indonesia banyak hutan-hutan besar, yang kena kebakaran, yang jadi korban penebangan ilegal. Ini yang mau kita tanam kembali, dari sisa-sisa kayu kita buat bioenergi," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .